Ada formula menuju kebahagiaan yang realistis dan sederhana di Filsafat Teras, yuk mampir..
Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring adalah buku berikutnya yang ingin gue ulas. Buku ini adalah “pengantar filosofi” yang baru aja gue baca. Istilah pengantar filosofi ini adalah karangan gue sendiri ya..hehe. Kenapa gue iseng banget menciptakan istilah ini, karena penulisnya yaitu Henry Manampiring berulang-ulang di dalam buku ini menegaskan bahwa dirinya sadar bahwa selaku penulis buku filosofi, dia bukanlah seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang filosofi. Buku ini ditulisnya sekedar berbagi pengalaman hidup bahwa dia udah menemukan solusi kehidupan di dalam Filosofi Teras. Penulis mengganggap buku ini adalah appetizer bagi pembaca yang tertarik dengan Filosofi Teras.
Apa yang membuat gue memutuskan untuk membaca buku ini?
Alasannya adalah karena ‘curhat’ yang ditulis sama salah satu pengguna media sosial Quora. Si pengguna media sosial Quora ini bercerita kalo buku yang sangat membantu dia untuk tetap kalem di tengah – tengah perlakuan negatif yang dia terima adalah karena dia mempraktekkan apa yang diajarkan di dalam Filosofi Stoa. Kata-kata yang begitu menempel di benak gue adalah ketika dia menjelaskan bahwa kesenangan tidak sama dengan kebahagiaan. Sebagai contoh dia mengatakan bahwa apa-apa yang ditunjukkan di media sosial seperti Facebook atau Instagram boleh jadi adalah kesenangan namun belum tentu kebahagiaan. Dan masih banyak contoh lainnya, tetapi itu yang paling gue inget. Singkatnya, dia merekomendasikan buku Filosofi Teras bagi siapapun yang tertarik mempelajari Filosofi Stoa. di kemudian hari, gue baru tahu kalo buku ini pada tahun 2019 meraih penghargaan Book of The Year yang diberikan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).