Mau cobain cara baru healing di rumah selain berdoa dan meditasi? Yuk, cobain gandeng si anabul di sini..
Ide tulisan gue kali ini yaitu Sehat Mental Bareng Hewan Peliharaan mungkin bisa dibilang ada karena gue lagi dalam masa seneng – senengnya punya kucing, jadi ya topiknya ngga jauh – jauh tentang hewan peliharaan..hehe. Jadi kali ini gue mau cerita tentang webinar yang baru aja gue ikutin.
Webinar yang mau gue ceritain ini diselenggarain oleh Ad Familia Indonesia pada tanggal 10 Juni 2022. Ad Familia Indonesia adalah organisasi yang isinya adalah tim psikolog klinis yang berfokus pada pengembangan diri, mental, dan moral di dalam keluarga.
Webinar ini sendiri berjudul My Pet, My Saviour yang dibawakan oleh Nerissa Arviana sebagai narasumber. Nerissa Arviana merupakan salah satu anggota psikolog klinis yang ada di dalam Ad Familia Indonesia.
Gue pribadi menangkap alasan kenapa organisasi ini mengangkat tema My Pet, My Saviour adalah karena ingin mengungkapkan bahwa salah satu hal yang bisa diupayakan untuk memperoleh kesehatan mental di dalam keluarga adalah dengan menggunakan hewan peliharaan sebagai sarana terapi psikologi.

Di dalam posting-an ini yaitu Sehat Mental Bareng Hewan Peliharaan, gue hanya mau cerita secara garis besarnya aja tentang isi webinar dan menambahkan dengan opini gue pribadi tentang webinar tersebut.
Pada intinya, webinar ini menjelaskan bahwa manusia modern seringkali merasa kesepian. Rasa kesepian ini biasanya timbul karena manusia gagal terhubung dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan lingkungan, atau dengan alam semesta (Tuhan). Untuk mengisi kekosongan tersebut tentunya ada beragam cara yang bisa diupayakan. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan memiliki dan merawat hewan peliharaan.
Nerissa Arviana sebagai narasumber dalam webinar kali ini menekankan bahwa hewan peliharaan yang dia maksud dalam konteks ini (sarana terapi psikologi) adalah hewan peliharaan mamalia yang jinak seperti kucing, anjing, dan hewan ternak. Meskipun ada beberapa orang yang suka memelihara hewan buas, namun dia tidak menyarankan hewan – hewan tersebut untuk dijadikan sebagai sarana dalam terapi psikologi ini.
Hewan peliharaan dapat membantu manusia untuk terhubung dengan lingkungan karena interaksi manusia dengan hewan peliharaan dapat menstimulasi manusia untuk memproduksi hormon – hormon tertentu seperti serotonin (mengatur suasana hati), dopamin (hormon “perasaan baik”), endorfin (pereda nyeri alami tubuh), dan oksitosin (hormon cinta).
Selain manfaat di atas, beberapa manfaat lainnya yang diungkapkan oleh si narasumber saat memiliki dan merawat hewan peliharaan adalah membantu pemiliknya untuk sejenak mengalihkan kegalauan berlebihan (overthinking) terkait masalah dirinya dengan berfokus untuk merawat dan menyayangi hewan yang menggemaskan tersebut. Masih menurut sang narasumber, depresi terkadang ditimbulkan dari sulitnya berdamai dengan pikiran yang overthinking.
Manfaat lainnya yaitu dengan merawat hewan peliharaan dapat membantu pemiliknya mengembangkan perilaku kepengasuhan (tanggung jawab, komitmen, dan empati), dapat menghibur pemiliknya dengan perilaku hewan peliharaan yang lucu atau karena fisik hewan peliharaan yang imut – imut menggemaskan, membantu pemilik hewan peliharaan bersosialisasi dengan sesama manusia (berkomunikasi dengan sesama manusia membicarakan hewan peliharaan sebagai topik obrolan), dan seringkali hewan peliharaan menunjukkan perilaku kesetiaan dan penerimaan (cinta) mereka sepenuhnya terhadap pemiliknya (biasanya ditunjukkan oleh anjing).
Nah, itu tadi isi singkat tentang webinar tersebut. Kalo menurut gue pribadi, apa yang diungkapkan di dalam webinar itu ada benarnya karena gue ngerasain sendiri gimana gue terhibur dengan tingkah kucing gue yang kadang suka bandel dan koplak..hehe.
Di satu sisi, ada pendapat gue yang agak sedikit kontra tentang apa yang diungkapkan sama webinar ini yaitu saat narasumber mengutip kata – kata yang diungkapkan oleh psikolog sekaligus peneliti bernama Katcher (2000) yang kutipannya kurang lebih, yaitu:
“Hewan bisa memberi manfaat bagi manusia karena hewan mampu memberikan afeksi dan responsif, tidak seperti boneka. Serta mampu menerima manusia apa adanya tanpa penghakiman tidak seperti kebanyakan manusia”
Menurut gue, kalimat terakhir kayaknya ngga berlaku buat semua hewan peliharaan karena kucing menurut gue kayaknya bukan tipe yang sepenuhnya kayak gitu. Pengalaman gue, kucing itu suka manja karena laper alias mau minta makan, tapi nanti giliran udah kenyang kalo dipanggil malah pura – pura ngga denger alias cuek aja..hehe.
Meskipun begitu, gue setuju dengan pendapat kalo hewan peliharaan membantu manusia mengasah sifat nurturance yang ada di dalam diri manusia. Contohnya kucing gue yang kayak reog ini, membantu gue buat on time bangun subuh – subuh dan memaklumi kebandelan atau sifat – sifat konyol yang terkadang dia lakuin (misalnya numpahin litter box saat gue baru aja sampe di rumah, subuh – subuh dia gulat sama kucing liar dalam rangka ngusir kucing liar itu, dll) dengan ngga marah- marahin dia karena di lain waktu dia akan bersikap manis dengan minta perhatian dengan cara tiduran sambil ngasih liat perutnya seperti minta diusap – usap.
Satu hal lagi, menurut gue pribadi, di saat mutusin buat merawat hewan peliharaan, kita juga perlu kasih dia hal – hal lain yang menunjang kesejahteraan hidupnya dalam bentuk materi selain dalam bentuk immaterial (kasih sayang) yaitu misalnya seperti makanan yang cocok, minuman yang cukup, vaksin, dan lain – lainnya. Dimana hal ini seharusnya udah masuk perhitungan sebelum mutusin merawat karena kalau salah – salah hal ini justru bisa nambah stres yang punya hewan alias malah jadi kontra healing..hehe.
Masih bicara soal potensi kontra healing, kalo pengalaman gue pribadi itu contohnya soal makanan kucing. Ternyata ngga semua makanan kucing yang diklaim bagus di pasaran itu cocok sama semua kucing. Di awal – awal gue sempet agak bingung karena kucing gue ngga cocok sama makanan kucing berjenis dry food dengan kemasan berwarna ungu yang banyak dijual di Indomaret atau Alfamaret karena kalau makan merk ini dia diare dan muntah. Dari situ gue tahu kalo dia punya pencernaan yang sensitif.
Karena gue belum dapet – dapet ide buat kasih makanan merk apa lagi, akhirnya gue putusin untuk kasih makan kucing gue dengan wet food yang ada Baim Wong-nya sebagai model. Kucing gue sih suka, sampe lahap banget makannya. Hasil eskresinya meskipun ngga bisa dibilang solid 100%, tapi ngga bisa dibilang diare juga yah.
Tapi akhirnya kucing gue ngga lama makan wet food ini karena gue dapet masukan dari saudara gue dan gue juga baca – baca dari aplikasi yang bisa booking dokter – di rumah sakit – yang nyediain artikel tentang hewan peliharaan. Intinya artikel ini bilang kalau kucing ngga baik keseringan makan wet food karena bisa menyebabkan plak di giginya serta kucing lebih kenyang makan dry food dibanding makan wet food.
Dan singkatnya, gue berhasil dapetin merk makanan yang cocok buat dia yaitu makanan kucing berjenis dry food lainnya dengan kemasan yang berwarna putih, biru, dan hijau sekaligus serta bergambar kucing lagi mancing di atas perahu. Merk ini terdiri dari dua (2) varian. Varian yang gue pilih yaitu varian yang khusus untuk kucing dengan pencernaan sensitif. Gue dapet info ini berkat nonton channel Youtube Kucing Om Wepe milik Om Willy Priyoko.
Tapi masalah belum berakhir karena baru seminggu makan ini, tiba – tiba dia mogok makan yang gue ngga tahu kenapa sebabnya. Mungkin dia bosen kayaknya. Akhirnya gue campur makanan yang khusus buat pencernaan sensitif itu dengan merk lain yang dia suka (merk keempat). Meskipun merk keempat yang dijadiin “pancingan” ini bikin jadi agak diare (karena bukan makanan yang khusus untuk pencernaan yang sensitif).
Sedikit demi sedikit porsi makanan yang dijadiin “pancingan” itu gue kurangin, sampe akhirnya si kucing mau makan yang merk ketiga (makanan kucing dengan kemasan berwarna putih, biru, dan hijau sekaligus dengan gambar kucing lagi mancing di atas perahu) tanpa dicampur yang merk keempat lagi. Alhamdulillah, sampe hari ini dia mau makan merk yang ketiga dan hasil ekskresinya normal.
Nah, itu tadi opini singkat dari gue tentang menggunakan hewan sebagai sarana healing atau terapi psikologi. Intinya, bagi gue pribadi, setiap metode yang tersedia bisa cocok dan bisa juga ngga cocok sama kita. Kalo buat gue, sejauh ini cocok karena punya kucing bikin gue seneng..hehe. Mungkin opini gue ini bisa berubah dengan adanya pendapat atau komentar yang masuk. Mungkin aja di saat gue buat posting-an Sehat Mental Bareng Hewan Peliharaan ini, hal tersebut belom kepikiran. Semoga tulisan ini bermanfaat 🙂
Kalau kamu, apa kamu pernah menggunakan hewan sebagai terapi psikologi atau sarana healing?
Setuju banget nih kalo hewan peliharaan itu bisa bantu kita untuk bisa terus sehat mentalnya. Ini kejadian di Ibu gua di rumah, beliau punya kucing dan beliau bilang ini salah satu cara dia biar gak bosan dan stres di rumah. :’)
Setuju 🙂
Btw, thanks udah mampir.
Aku belum pernah menggunakan hewan sebagai terapi psikologi karena aku kurang suka melihara hewan sih. Males ngurusin pup dan lain-lainnya, tapi kalau lihat orang-orang kaya gemes gitu deh sama hewan peliharaannya tapi belum berani coba melihara sendiri
Iya, metode ini cocok2an sih..hehe.
Btw, thanks udah mampir..
Kalo aku setuju kak, karena aku juga pelihara kucing.. Kucingku adalah tipikal yang gak sama sekali mau dimanja, dan galak hehe.. Tapi sekarang pelan2 mulai mau dielus2, kalo ngelusnya suka dibagian leher sih sama ajak dia main pake benda apapun yang bisa digerak2n
Leher emang favoritnya kucing buat disayang2 deh ya 🙂
Btw, thanks udah mampir..
Memelihara hewan jinak ternyata menjadi sarana terapi psikologi karena kita terhubung dengan lingkungan. Jika alasannya seperti itu memelihara tanaman juga bisa jadi alternatif lain. Karena membaca pengalaman Kak Febi saat mencari makanan yang cocok untuk kucingnya aku jadi merasa enggan punya hewan peliharaan. Tapi semua tergantung kesenangan masing-masing sih.
Betul, pakai tanaman juga bisa 🙂
Btw, thanks udah mampir..
hewan liar emang tidak boleh dipelihara. Apapun alasannya. Ketika dipelihara hewan tersebut malah berbahaya bagi hewan tersebut. Salah satunya menghilangkan sifat asli pada hewan dan bisa menyebarkan penyakit atau virus ke manusia. Hal ini juga bisa menyebabkan maraknya perburuan dan perdagangan hewan liar. Pada akhirnya akan membuat kepunahan pada populasi hewan-hewan tersebut.
Kalau aku kebetulan tidak memiliki hewan peliharaan. Belum punya komitmen untuk peliharan hewan. Jadi daripada dipaksa untuk pelihara hewan, lebih baik ikut merawat saja. Tanpa harus memiliki hewan tersebut untuk dipelihara.
tulisan yang menarik kak feb 😀
Biasanya hewan yang nularin virus, karena ngga divaksin..hehe.
Ikut merawat hewan apa ?
Btw, thanks udah mampir..
Gak ragu sih kalau hewan yang bisa respon kita seperti kucing, itu bisa bantu kesehatan mental. Bisa jadi teman karena bisa merespon, tanpa dapat judgement, ya cuma bisa meong meong doang kan
Kadang koplak juga sih bikin geregetan campur gemes 🙂
Btw, thanks udah mampir..
Nah, beberapa saat lalu gue kepikiran mau pelihara ikan dalam kamar, biar bisa gue liatin sama ajak ngomong tiap kesepian. Tapi gue mikir-mikir lagi, gue kalo pelihara hewan nggak pernah bener. Ujungnya mati kalo nggak, ilang. Yaudah gue mikir-mikir lagi mau pelihara apa.
Haha.. kok bisa ilang ?
Btw, thanks udah mampir..
Pernah, kak. Saat lagi stress berat dulu sekitar 2014-2015an. Aku pelihara kura-kura. Namanya Ququ & Rara. Tiap pagi aku mandiin, kasih makan. Pulang kerja aku ajakin main balapan jalan. Dulu sampe dibilang temen kost kurang kerjaan soalnya maen sama hewan & ngomong sendiri. Hahahhaaaa….
Tp emang work banget sih waktu itu. Jadi ilang capeknya…
I feel you 🙂
Btw, thanks udah mampir..
Keluarga istri melihara kucing yang sering diajak ngobrol dan main bareng, tapi emang efektif si melihara hewan biar mental tetep sehat.
Setujuu 🙂
Btw, thanks udah mampir..
Aku yang enggak pernah melihara hewan peliharaan, jadi memahami kenapa ada orang yang begitu telaten sama hewan peliharaannya. Makasi udah sharing, kaa
Jadi mau ikutan pelihara ngga sekarang ? 😀
Btw, thanks udah mampir..
Beneran baru tau soal wet food, itu jenisnya gimana kak? Maksudku biasanya aku taunya makanan kucing itu ya yang lebih bulat bulat atau lonjong itu sih.
Wet food itu jenis makanan yg bentukannya masih daging..
Kl yg bulat2 / lonjong kayak biskuit, itu dry food..
Btw, thanks udah mampir..
Tidak ada gambar & harganya kah Mba Feb, saya pengen coba untuk Anabul dirumah dan bagaimana dengan ekskresinya, jujur kalo Merk W***khas, itu bau nya sangat menohok sekali dan harganya juga cukup mahal untuk ukuran sedang di minimarket
Ngga bisa di-spill disini, nanti takutnya kesannya jelek2in merk lain 😀
Btw, thanks udah mampir..
Bener banget loh kucing atau hewan peliharaan ini bisa bikin seneng gitu. Aku ngasih makan kucing yang sering mampir aja rasanya seneng banget. Sambil elus2 trus dianya juga jadi pengen usel2. Tapi karena kmar kecil aku belum siap bawa kucing masuk ke kosan.
Ngeliat dia makan & minum dengan lahap, rasanya gimanaa gitu..hehe.
Btw, thanks udah mampir..
Aku selalu kagum sama orang-orang yang bisa merawat hewan peliharaan. Karena pasti segala kasih sayang dan perhatian banyak dicurahkan ke hewan peliharaannya. seperti simbiosis mutualisme ya. ketika kita merawatnya dengan b aik, mereka pun menghibur kita dengan baik. Semoga dengan banyaknya yang baca artikel ini, akan semakin banyak juga keluarga yang bisa memelihara hewan peliharaan dengan baik. terimakasih ka feb
Aamiin, semoga jadi lebih banyak pawrents 😀
Btw, thanks udah mampir..
Benar, sangat setuju. Memiliki hewan peliharaan memang menyenangkan (saya punya kucing). Dapat juga menjadi terapi psikologi atau obat bahagia juga rasa syukur, namun di balik itu juga ada tanggungjawab hingga komitmen kuat yang wajib dimiliki oleh seseorang yang telah memilih dan memutuskan untuk merawat seekor kucing. Harus bijak dan dewasa serta paham akan segala konsekuensinya.
Membaca tulisan ini saya juga jadi teringat pada kelas zoom yang saya ikuti tentang pengenalan dasar linking awareness dengan hewan, tumbuhan juga semesta. Dimana di kelas tersebut peserta kembali diingatkan bahwa kita pada dasarnya memiliki kemampuan alami untuk melalukan komunikasi non verbal.
Suka sama jenis tulisan seperti ini, dan keren sih menurut aku effort2 yang udah kamu lakuin, salah satunya usaha untuk mencoba mendptkan makan yang pas untuk anabulnya.
Semoga anabulnya sehat selalu ya.
Terimakasih sudah berbagi.
Sepakat 🙂
Btw, makasih udah mampir..
Kucing itu, kalo bisa aku masukin ke KK, udah aku masukin mba. Suami sampe bilang, aku kliatan LBH perhatian ke kucing2 drpd anak sendiri 🤣🤣. Tapi untungnya anak2ku juga penyayang kucing. Mereka udh anggab para anabul kayak adek mereka.
Bicara makanan kucing, memang rempong dah itu 🤣🤣. Aku inget bangetttt ini kucing2 dicobain banyak macam, mulai dr yg premium, sampe yg murah pada ditolakin. Mogok makan semua. Akhirnya Nemu yg mereka suka dan cocok. Tapi aku tegas jdwal wet food hanya pagi dan malam. Siang wajib dry foods. Dry foods mah selalu tersedia di piring mereka .
Tingkah kucing2 ini walopun manja dan anggab kita babu, tapi justru itu yg bikin aku tergila2 🤣. Mungkin Krn kitanya jadi usaha utk merebut perhatian mereka hahahah
Ngomongin soal ribetnya milih makanan kucing, kadang masih ada 1 tantangan lagi yaitu saat stock makanan kucing yang suka kita beli di market place itu habis dan diprediksi sama admin tokonya baru ada 3 – 4 minggu kemudian ..hehe.
Alasan kenapa gw lebih suka milih beli lewat market place karena ada promo gratis ongkir dan biasanya harga jualnya lebih “miring” ketimbang beli di toko offline..
Jadi kalo kayak gini, ya kadang terpaksa ganti ke merk lain yang variannya sama yaitu khusus buat pencernaan sensitif :p
Kalo soal tingkah kucing yang kadang ngeselin tapi bikin hooman suka, mungkin emang udah dari “sananya” kali ya, kalo semua akan kena pelet si kucing pada waktunya..kwkw..
Btw, makasih udah mampir..