Mengenal Fenomena Self-Harm

https://estalinafebiola.com/mengenal-fenomena-self-harm/

 

Ungkap fakta dan mitos seputar self–harm, yuk disini..

 

Postingan-an kali ini, gue lagi mau bahas mengenal fenomana self–harm. Tulisan ini terinspirasi dari webinar yang diselenggarain oleh Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dan Lembaga Psikologi dan Terapi Global Banjarmasin.

 

 

Narasumber yang membawakan webinar mengenal fenomena self-harm adalah Azizah Fitriah M.Psi., seorang psikolog di Lembaga Psikologi dan Terapi Global Banjarmasin dan dosen di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

 

https://estalinafebiola.com/mengenal-fenomena-self-harm/
Latar belakang profesi narasumber pada webinar ini.

 

Kenapa gue tertarik membahas hal ini, karena ngga bisa dipungkiri bahwa perilaku ini sudah banyak terjadi di sekitar kita. Terlebih, dulu ada seorang staff di kantor yang juga terindikasi memiliki perilaku self-harm dan pada akhirnya mengganggu kinerjanya, sehingga tidak lama kemudian resign.

 

Self–harm menurut Bu Azizah Fitriah selaku narasumber yaitu perilaku menyakiti diri sendiri yang dapat menyebabkan jaringan tubuh menjadi rusak dengan tujuan untuk menghilangkan rasa frustasi dan distres (stres yang bersifat negatif atau kebalikan dari eustres), bukan dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa diri sendiri atau bunuh diri.

 

Perilaku self–harm yang banyak dipahami secara umum adalah perilaku seperti memukul tubuh sendiri, menarik rambut, memotong anggota tubuh, dan lain – lainnya. Hal tersebut tidak salah, namun menurut narasumber di webinar ini, perilaku lainnya seperti makan berlebihan hingga tubuh tidak fit, mengonsumsi minuman beralkohol, merokok, penyalahgunaan obat – obatan, tidur berlebihan sebagai bentuk pelarian diri dari masalah, serta perilaku berkendaraan ugal – ugalan di jalan umum juga termasuk ke dalam perilaku self–harm.

 

https://estalinafebiola.com/mengenal-fenomena-self-harm/
Suasana webinar yang menjelaskan macam – macam perilaku self-harm secara lebih luas, seperti merokok, tidur berlebihan, dan lain – lain

 

Sebetulnya, khusus untuk aktifitas merokok, gue pribadi tidak sependapat bahwa semua rokok adalah tidak baik. Ada juga rokok yang menyehatkan karena bisa digunakan untuk terapi kesehatan seperti rokok hasil penemuan Profesor Sutiman dari Universitas Brawijaya (Malang).

 

Namun narasumber pada webinar ini, juga tidak sepenuhnya salah. Merokok yang narasumber maksudkan disini adalah aktifitas merokok yang dilakukan orang awam (pada umumnya) yaitu merokok bukan dengan rokok yang memiliki formula khusus seperti rokok hasil penemuan Profesor Sutiman tersebut.

 

Oke, kembali lagi ke definisi yang sebelumnya diberikan oleh narasumber perihal self-harm, kita pasti sudah bisa ambil simpulan bahwa perilaku apapun yang bertujuan untuk melukai diri sendiri (tanpa bermaksud untuk bunuh diri), maka masuk ke dalam perilaku self–harm. Sehingga pembedanya hanya pada frekuensi dan berat atau tidaknya tindakan yang dilakukan.

 

Superficial self – mutilation adalah perilaku self–harm yang tidak sering dilakukan, strereotypic self – mutilation adalah perilaku self–harm yang sering dilakukan, dan major self – mutilation adalah perilaku self–harm yang bisa dikatakan dalam derajat yang berat karena sudah melibatkan tindakan untuk menghilangkan anggota – anggota tubuh.

 

Penyebab perilaku self–harm ini sendiri adalah karena tidak mampu mengelola distres dengan cara yang konstruktif. Distres itu sendiri biasanya disebabkan karena adanya trauma atau luka batin yang belum terselesaikan.

 

Di masyarakat umum, ada beberapa mitos yang membersamai para pelaku selfharm yaitu para pelaku adalah orang yang senang mencari perhatian (attention seeker) dan melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk bunuh diri.

 

Menurut sang narasumber webinar, hal – hal di atas adalah mitos karena di kalangan para praktisi / profesional yang membantu permasalahan psikologis seseorang, para pelaku self-harm kebanyakan melakukan perilaku tersebut di tempat yang privat sehingga mereka bukanlah attention seekers dan para pelaku tersebut hanya berniat untuk mengalihkan rasa distres-nya (bukan bertujuan untuk bunuh diri).

 

https://estalinafebiola.com/mengenal-fenomena-self-harm/
Suasana saat webinar berlangsung.

 

Lalu bagaimana cara untuk menyelesaikan pemasalahan self-harm ini? Simpulan yang diberikan oleh sang narasumber pada intinya adalah mencari support system dan menjalani pola hidup yang sehat.

 

Support system yang positif maksudnya adalah jika memiliki masalah, maka minta bantuan profesional untuk membantu menemukan solusinya. Selain masalah terpecahkan, aib yang mungkin membersamai masalah tersebut pun terjaga kerahasiannya.

 

Pola hidup yang sehat yaitu konsisten menerapkan apa yang disarankan oleh para profesional yang membantu dalam memecahkan masalah tersebut. Dimana saran – saran tersebut pada intinya adalah melakukan metode self–healing yang diajarkan serta memperbanyak kegiatan positif yang sifatnya membuat diri menjadi rileks seperti mempraktikkan mindfulness dan menjalani hobi yang sifatnya konstruktif (misalnya bermain musik, melukis, menggambar, berolahraga, menulis, dan lain–lain).

 

Spektrum Introvert

 

Lantas bagaimana jika orang terdekat kita terdeteksi menjadi pelaku self-harm? Masih menurut sang narasumber, hal yang bisa kita lakukan jika orang terdekat terdeteksi menjadi pelaku self-harm adalah kita tetap tenang, bersimpati, menyemangati pelaku agar mau berkonsultasi kepada para profesional, dan tidak meninggalkan mereka sendirian karena dikhawatirkan akan mengulang perilaku destruktif yang sebelumnya pernah dilakukan.

 

Sebagai penutup, mudah–mudahan dengan banyak diadakannya webinar – webinar seperti ini, maka anggapan keliru tentang perilaku self–harm dapat diluruskan, lebih aware juga bahwa perilaku self–harm tidak melulu yang terlihat sadis, tapi perilaku yang terlihat aman (tidur berlebihan untuk melarikan diri dari masalah) bisa juga termasuk ke dalam perilaku self–harm, serta peka dan mau membantu jika orang terdekat terlihat menjadi pelaku self-harm.

 

Ada yang punya fakta lain seputar self–harm ?

 

Instagram

Tagged : / / / / /

50 thoughts on “Mengenal Fenomena Self-Harm

  1. Wah menarik nih, ternyata merokok salah satu indikasi dari Self Harm. Tapi emang bener si, rata-rata penyakit tuh kebanyakan datengnya dari pola hidup sama stress yang gak bisa dikelola dengan benar.

  2. Aku baru tahu kalau merokok itu sudah dikategorikan dalam self harm. Memang aktivitas merokok berbahaya dan merugikan diri sendiri (dan orang lain) ini sudah jadi hal yang wajar bagi sebagian orang. Bahkan kita bisa menemukan orang merokok dengan mudah.

    Olahraga memang sangat penting. Selain untuk kesehatan, juga bisa jadi cara untuk menghindarkan diri dari perilaku self harm. Olahraga lah sesuai dengan porsi dan kemampuan yang dimiliki. Jangan olahraga secara berlebihan karena tanpa disadari itu bisa jadi perilaku merugikan diri sendiri.

    1. sebetulnya ngga semua aktifitas merokok itu merugikan..
      ada rokok sehat yang ditemukan oleh prof. sutiman, yang mana rokok itu baik buat kesehatan..

      setuju, banget kalo olahraga yang berlebihan justru malah self harm dan bahkan bisa berakibat kematian..

      btw, makasih udah mampir di blog ini

  3. Kalau suka jajan dan nyoba jajanan baru sampe BB naik apakah termasuk self harm?
    Pembahasan yang menarik, karena kadang tanpa sadar kita suka melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri

  4. Self Harm, menyakiti diri sendiri, dikarenakan tidak mampu mengendalikan stress, sebuah topik yang sangat menarik sekali, ternyata tidak hanya menyakiti secara langsung, merokok dan minum alkohol juga masuk dalam hal ini. Webinar seperti ini sepertinya perlu diperbanyak dimasa masa yang akan datang.

    1. sebetulnya ngga semua rokok itu merugikan kesehatan sih..
      ada rokok sehat yang ditemukan prof. sutiman justru bisa digunakan untuk pengobatan karena ada formula khusus..
      tapi karena rokok yang beredar umum itu kan formulanya merugikan, jadi si narsum mengeneralisir..

      btw, makasih udah mampir di blog ini..

  5. Di masjid dekat tempat gw tinggal, ada anak kecil yg suka bentur2in kepalanya ke benda keras kalau LG marah sama temannya. Betul sih gw merasa itu untuk menarik perhatian, tp menurut tulisan ini ternyata itu mitos ya…

  6. Jadi keingetan waktu smp dulu ada teman yang suka memamerkan bekas luka siletan di tangan dia. Banyak banget dan dia juga suka pingsan. Dulu anak-anak menganggapkan sebagai cari perhatian apalagi pernah pura-pura pingsan supaya bisa ditolong. Mungkin memang bukan cari perhatian y, tapi luka batin yang membuat dia membutuhkan perhatian

    1. betul banget, tia..
      dan sayangnya lingkungannya di saat itu, pasti ngga bisa banyak membantu karena teman2nya juga ngga paham harus kasih penanganan apa sama dia..

      btw, makasih udah mampir di blog ini..

  7. aku pernahhhh ngalamin self harm, pas pandemi ahahhaha, engga yg sampai benda tajam sih, cuma pukul-pukul tembok karena ga kuat dan ga bisa luapin emosinya juga, akhirnya beralih ke boxing, pandemi emang bikin stress banget waktu itu 🙁

  8. Memang bener kalau sudah over stress serta periode yang lama dan gak ada temen buat berbagi atau mengerti posisi kita, pikiran-pikiran untuk hal-hal yang tidak baik suka muncul. Putus asa dan bingung mau ngapain yang ada malah perasaan seperti gak guna hidup didunia ini. Misal ada orang seperti itu dilingkungan kita, temanilah dia meskipun kamu tidak bisa memberikan solusi tapi setidaknya dapat menjadi tempat bercerita dan itu bisa membuat orang tersebut lebih baik.

  9. Makin banyak mengenal masalah kejiwaan dengan istilah istilahnya ya kak, Palagi sekarang masalah kejiwaan ini sering menimpa kita dan orang sekitar tanpa disadari. Perlu penanganan segera oleh expert ya. Self harm ini ternyata dekat dengan kita sehari hari ya

  10. Pencegahan self-harm adalah yang terbaik. Ini melibatkan pendidikan tentang kesehatan mental dan dukungan sosial yang kuat, sehingga individu yang merasa tertekan atau cemas dapat mencari bantuan sebelum mencapai titik self-harm. Tidak mengapa untuk menganggap self-harm sebagai tanda bahwa seseorang memerlukan perhatian dan dukungan, bukan sebagai sesuatu yang sepele atau perlu dihakimi. Self-harm adalah tanda peringatan bahwa seseorang sedang mengalami tekanan emosional yang sangat besar. Mengabaikannya bisa berdampak serius pada kesejahteraan mental seseorang.

  11. saya baru tahu kalau tidur berlebihan juga tergolong self harm kak. parahnya tidak banyak orang menyadari permasalahan mereka sendiri sehingga lebih memilih tidur saja, padahal bangun-bangun bukannya seger malah lemes.
    saya kenal seseorang yg rasanya tidur dengan kuantitas yg panjang, kalau ada apa-apa memilih untuk tidur, lalu bangun seolah semua baik-baik saja, kadang gregetan sih, apa ya yg bisa kita lakukan untuk mereka?

  12. Saya kalau lagi banyak pikiran terkadang suka pelariannya ke makanan. Jadi rada bablas makannya. Atau memilih tidur aja. Kirain hal seperti itu gak termasuk self-harm. Karena selama ini yang saya pikir, self-harm tuh kayak menyiksa tubuh sendiri seperti jedotin kepala ke tembok. Iya, sih, memang harus peduli dengan hal seperti ini. Jangan sampai malah jadi semakin besar masalahnya.

  13. Self Harm sebuah perilaku menyaiti / melukai diri sendiri yang tidak sampai menjurus pada bentuk keinginan untuk bunuh diri. ini adalah gangguan kejiwaan dalam perspektif spokolog.

    jiwa yg terganggu alias jiwa yg tdk tenang ini sesungguh-nya adalah jiwa-jiwa yang jauh dari nilai-nilai hakekat keTuhanan.

    kebanyakan jiwa yang telah terpancari oleh nur keTuhanan. jangankan u menyakiti diri sendiri. untuk mensyukuri nimat Tuhan saja sampai bingung harus bagaimana.

    tapi asyik nich posting artikelnya
    jadi bisa mulai paham dunia spikolog
    kereennn

    salam rahayu

    1. saya pribadi percaya, setiap manusia sudah dipancari Nur Ketuhanan..
      cuma memang terkadang manusia “lupa” fitrahnya kalo sudah ada Nur Ketuhanan di dirinya secara “default”..
      jadi perlu bantuan profesional untuk mereset / mengingatkan kembali, kalo Nur Ketuhanan itu sudah ada di dirinya 🙂

      btw, makasih udah mampir di blog ini..

  14. Pokoknya jangan sampai kita melakukan self harm, kalau memang menyayangi diri sendiri pasti kita benar-benar menjaga kesehatan tubuh dengan sebaik mungkin.

  15. Ini pernah kejadian di keponakanku sendiri. Dan memang dia penyitas kekerasan rumah tangga, yang menyenabkan self estemnya rendah. Dulu di bawa ke psikolog buat terapi CBT tapi akhirnya dirujuk ke psikiatri karena memang terapi itu g cukup.

    Isu-isu kesehatan mental ini sangat serius dan jika tidak ditangani naik, bisa berakibat fatal. 🥲

    1. kalau boleh saran, dirujuk juga ke pengobatan yang berbasis energy healing seperti SEFT atau hipnoterapi karena kalau cuma ke psikiatri khawatir ketergantungan dengan obat..
      yang mana, obat punya efek jangka panjang yang kurang baik..
      semoga keponakannya bisa survive!

      btw, makasih udah mampir di blog ini..

  16. Makin banyak self-harm akhir2 ini yang menimpa remaja.Apalagi di Semarang akhir2 ini ada 2 remaja cantik yang bundir berturut2 .Miris membacanya.Masalah mental anak remaja memang jangan dianggap remeh.
    Semoga ada wadah yang intens utk memberikan solusinya.

  17. Harus ada yang dia percaya dan menjadi pendengar yang baik ketika dia mengungkapkan masalahnya. Jgn menghakimi, karena dia, sudah menderita, sekali. Namun yg jadi awal knp mereka sampai bisa melakukan self harm adalah karena sudah tidak ada rasa percaya sama orang lain, dan dia, sudah terlanjur terpuruk dengan segala kesakitannya.

  18. Aku punya teman yg sering melakukan self harm tiap kali ada masalah dengan pasangannya. Entah ini sebagai bentuk mencari perhatian pasangan atau memang bentuk defense karena pasangannya tidak bisa sama sekali diajak berkomunikasi sehingga dia “dipaksa” untuk menghadapi semuanya sendiri. Terakhir kali dia ngeremukkin kacamatanya pake 1 genggaman tangan hingga retak dan melukai telapak tangannya

  19. Semua orang harus aware soal SH, terlebih penangannnya. Jujur gua pernah ngejudge negatif orang begitu, tapi lama kelamaan sadar ternyata saya juga yang salah. Jadi baik itu pelaku dan lingkungan harus saling mengerti, support sistem harus di edukasi, dan pelaku juga harus diobati. Karena kalau hanya 1 sisi, akan jadi lengkaran tanpa henti.

  20. selain lebih banyak negatifnya (pendapat saya) ternyata merokok menjadi salah satu pendorong self harm ya, tapi sepertinya betul ya berdasarkan pengalaman teman-temans aya dulu yang patah hati pasti larinya ke rokok katanya hilangin stress padahal banyak car alin untuk hilangin stress dengan cara yang lebih baik. btw saya baru tahu juga kalau ada rokok yang dapat digunakan buat terapi kesehatan

    1. iya, merokok sering digunakan sebagai katarsis saat sedang distress..
      semoga, ketemu cara lain sebagai pelarian dari distres misalnya belajar self healing yg saat ini pny banyak metode (bs tinggal pilih..hehe)..

      btw, makasih udah mampir di blog ini..

  21. Dari point diatas kayanya ada beberapa yang dilakuin temen ku, mungkin dia sedang self harm ya. Jujur saya baru denger istilah self harm. Artikel seperti ini bagus untuk menambah wawasan saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Visit Us On TwitterVisit Us On FacebookVisit Us On YoutubeVisit Us On Instagram