Ada yang butuh imun dari sindrom skripshit?..hehe..
Kali ini gue mau flashback ke tahun-tahun dimana gue lagi berusaha buat nyembuhin diri dari sindrom skripshit alias berusaha nyelesaiin skripsi..hehe. Issue ini emang udah basi banget, tapi setelah gue pikir-pikir ada beberapa alesan yang bikin gue mau posting ini di sini.
Alesan-alesan itu, yaitu :
- Pertama karena sayang kalo dibuang, siapa tahu ada yang ngalamin masalah yang sama kayak gue dulu terus jadi rada mendingan gitu (mungkin) pas abis baca ini.
- Kedua karena skala yang gue pakai buat skripsi yaitu Skala Guttman, pada saat itu gue googling di internet (blog), kebanyakan ngga ngebahas dari awal sampe akhir rumusnya dan ngga ngasih tahu sumber referensinya. Dan gue akhirnya bingung kalo pas mau ngutip atau nyari bukunya. Jadi pengennya, disini gue nulis dari awal sampe akhir dan nyantumin sumber referensinya.
- Ketiga yaitu buat ngerayain hijrahnya gue dari platform blog yang dulu ke wordpress.
- Keempat karena tadinya gue mau posting tentang serial televisi yang gue suka, tapi berhubung gue belom selesai nonton sampe season terakhir, yaudah posting ini aja dulu.
Oke, to the point aja, kuesioner yang gue pakai saat skripsi itu cuma cocok kalo pake pilihan jawaban antara “ya” dan “tidak” atau dengan kata lain kuesioner yang gue pake itu harus pakai skala Guttman. Nah, jadi gue mau ngerangkum jadi satu pembahasan soal rumus statistika yang cocok , mulai dari rumus uji validitas, rumus uji reliabilitas, rumus hitung hubungan (koefisien korelasi) antara variabel X dan variabel Y, dan rumus koefisien determinasinya terutama buat rumus-rumus yang akhirnya gue pakai untuk skripsi gue. Setelah itu sharing informasi soal situs dan literatur yang udah gue pakai buat referensi.
Rumus yang cocok buat uji validitas dengan Skala Guttman yaitu rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas. Gue dapat info ini dari buku Metode Penelitian Survei karya Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2011: 118-119). Jadi, pertama hitung koefisien reprodusibilitasnya dulu baru selanjutnya hitung koefisien skalabilitasnya. Perincian rumusnya, yaitu:
Rumus koefisien reprodusibilitas, yaitu :
Kr = 1-(e/n)
Keterangan:
e = jumlah kesalahan/nilai error
n = jumlah pernyataan dikali jumlah responden
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibilitas yaitu apabila koefisien reprodusibiltas memiliki nilai >0,90.
Setelah itu lanjut hitung pakai rumus koefisien skalabilitas, yaitu:
Rumus koefisien skalabilitas, yaitu :
Ks = 1-(e/x)
Keterangan:
e = jumlah kesalahan/nilai error
x = 0,5 ({jumlah pernyataan dikali jumlah responden} – jumlah jawaban “ya”)
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas yaitu apabila koefisien skalabilitas memiliki nilai >0, 60.
Gue yang baru pertama kali buat skripsi dengan Skala Guttman dibikin pusing karena ternyata kalo mau nemuin nilai koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas tersebut, gue mutlak harus ketemu dulu sama nilai error. Dan setelah ubek-ubek literatur dan situs internet, akhirnya gue nemuin jawaban untuk nemuin nilai error ini dari blog-nya Pak Wahyu Widhiarso. Kalo mau main ke situsnya Pak Wahyu untuk lihat cara dia ngejelasin cara menghitung nilai error, silahkan klik link ini Cara Hitung Nilai Error.
Auto Gampang Tethering HP Infinix Note 7 ke Laptop
Kebetulan Pak Wahyu ini dosen psikologi di Universitas Gajah Mada yang suka membimbing mahasiswa untuk buat tugas akhir, jadi pas lihat dia nyantumin alamat email-nya di blognya itu, gue langsung kirim email untuk tanya lebih jauh sama dia soal nilai error itu karena gue melihat kok cara penghitungannya dia beda banget sama cara menghitung nilai error dari literatur yang gue punya. Alhamdulillah, email gue dibales, dan dia nerangin sama gue cara menghitung nilai error tersebut bisa berbeda-beda tergantung dari teknik yang dipakai. Untuk teknik yang dipakai dan diulas di blognya Pak Wahyu, namanya teknik Goodenough. Oia, Pak Wahyu juga kasih gue literatur (dalam bentuk softcopy) yang menjadi rujukannya untuk menulis tentang cara menghitung nilai error dengan teknik Goodenough tersebut. Ini sekalian gue share link-nya, siapa tahu ada yang perlu penjelasan mendalam soal teknik Goodenough ini bisa klik disini Goodenough.
Pak Wahyu juga info kalo buku yang menjadi rujukannya untuk menulis tentang nilai error itu adalah buku berjudul Scaling Methods karya Dunn dan Rankin yang diterbitkan pada tahun 2004 oleh penerbit Lawrence Elbaum di New Jersey.
Setelah ketemu cara menghitung nilai error, akhirnya ketemu juga koefisien reprodusibiltas dan koefisien skalabilitas. Makasih, Pak Wahyu.
Oke, jadi ringkasannya, kalau mau menghitung uji validitas dengan kuesioner yang menggunakan Skala Guttman, yaitu:
- Saat memulai menghitung data yang terkumpul dari kuesioner, urutkan pertanyaan dari bobot mudah ke bobot sulit. Contoh: pertanyaan “apakah anda memiliki sepeda” harus didahulukan dari pertanyaan “apakah anda memiliki motor”, karena pertanyaan “apakah anda memiliki motor” dianggap berbobot lebih sulit dibandingkan pertanyaan “apakah anda memiliki sepeda”. Atau singkatnya, responden yang menjawab “ya” pada pertanyaan yang berbobot lebih sulit diasumsikan akan juga memberikan jawaban “ya” pada pertanyaan yang berbobot lebih mudah jadi itulah kenapa pertanyaan harus diurutkan dari yang bobotnya dianggap lebih mudah hingga ke pertanyaan yang dianggap memiliki bobot yang agak sulit.
- Setelah itu hitung nilai error dari semua jawaban responden dengan teknik Goodenough. Contoh: Supaya memudahkan, contoh yang akan dipaparkan disini hanya memakai 3 responden dengan bentuk pertanyaan yaitu “apakah anda memiliki sepeda” untuk pertanyaan nomor 1 dan “apakah anda memiliki motor” untuk pertanyaan nomor 2.
Responden | Pertanyaan | Skor | Nilai Error | |
1 | 2 | |||
1 | Ya (1) | Ya (1) | 2 | 0 |
2 | Tidak (0) | Ya (1) | 1 | 2 |
3 | Ya (1) | Tidak (0) | 1 | 0 |
Sum | ∑ 4 | ∑ 2 |
Untuk contoh kasus di atas, maka nilai error-nya adalah 2 (dua).
- Setelah ketemu nilai error, hitung nilai koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas. Contoh cara menghitungnya bisa di klik di link ini hitung koefisien skalabilitas dan koefisien reprodusibilitas.
- Setelah nilai koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitasnya ketemu, cocokkin dengan syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibilitas dan syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitasnya. Kalau semua nilai yang diperoleh udah masuk kriteria syarat penerimaan, berarti kuesioner yang dipakai sudah valid (benar-benar mengukur apa yang ingin diukur).
- Biar lebih akurat dan cepet, pas di bagian ini gue ngitungnya pakai software pengolah angka. Kalo gue pas di bagian ini ngitungnya pakai Microsoft Excel.
Oia, sekedar note: kuesioner yang dijadiin contoh di atas tersebut, menggunakan 50 responden karena menggunakan buku Metode Penelitian Survai karya Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2011: 119) buat rujukan. Hal ini sengaja gue tulis, karena ada beberapa buku riset yang menyarankan buat menggunakan 30 responden pada saat uji validitas (juga uji reliabilitas), dan itu boleh-boleh saja. Jadi ukuran 30 dan 50 tidak masalah selama acuan buku yang dipakai jelas kredibilitas penulisnya. Dan yang paling terpenting adalah minta pendapat dosen pembimbing dulu sebelum nentuin untuk pakai 50 responden atau 30 responden pas menghitung uji validitas (dan juga hitung reliabilitas).
Selesai dari masalah pertama, lanjut ke masalah kedua. Masalah kedua yaitu gue harus nyari rumus yang pas buat uji reliabilitas dengan Skala Guttman. Setelah googling kesana-kemari, gue akhirnya ketemu dengan situs milik IBM, yang kasih info kalau rumus yang cocok untuk dipakai di kondisi kayak begini (salah satunya) adalah rumus Kuder-Richardson 21 atau sering disebut sebagai KR 21. Alasannya, karena rumus ini cocok buat pilihan jawaban yang sifatnya dikotomi (“ya” atau “tidak”). Buat yang penasaran mau lihat situsnya IBM yang ngebahas soal ini, silahkan klik linknya disini Rumus KR 21.
Setelah dapet info dari situs IBM kalo rumus KR 21 bisa dipakai untuk menghitung reliabilitas, mulailah gue mencari-cari di buku gimana rumus lengkapnya. Akhirnya dari buku Panduan Riset Perilaku Konsumen karya Bilson Simamora (2002: 75), gue dapet rumus lengkapnya, yaitu:
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal atau pertanyaan
M = rata-rata skor total
Vt = varians total
Setelah dapet rumus lengkap dari KR 21 tersebut, gue kembali kebingungan buat cari-cari gimana cara ngolah rumus KR 21 ini pakai software SPSS 17 yang gue punya. Malangnya, pas gue ubek-ubek internet, gue ngga ketemu gimana cara ngolah rumus KR 21 ini pakai software SPSS 17. Karena waktu udah semakin mepet alias udah ngga cukup waktu lagi buat pergi seharian cuma buat cari buku cara mengolah rumus KR 21 dengan bantuan software SPSS 17, akhirnya gue paksain terus buat ubek-ubek internet dan akhirnya ketemulah gue sama blognya Pak Anwar Hidayat. Pak Anwar Hidayat kasih informasi gimana cara mengolah rumus KR 21 dengan Microsoft Excel, disini linknya Olah Rumus KR 21.
Oia, jangan lupa yah, setelah dapet nilai KR 21 tersebut, nilai KR 21 tersebut dicocokkan dengan batas nilai pengujian reliabilitasnya. Batas pengujian reliabilitas memiliki ukuran tertentu menurut Sekaran (1992), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik (Priyatno, 2010: 98).
Jadi intinya, setelah dapet nilai KR 21 dan hasilnya minimal 0,7 (paling baik hasilnya >0,8), itu artinya kuesioner yang dipakai dalam riset sudah reliabel (dapat diandalkan).
Disini gue ngga kasih contoh cara pengerjaan uji reliabilitas dari skripsi gue, karena contoh pengerjaan uji reliabilitas dari blog Pak Anwar (sebelumnya udah gue share link-nya) gue anggap udah cukup.
Setelah ngelewatin masalah uji validitas dan uji reliabilitas itu, gue lanjut ke masalah berikutnya. Di bab 4, masalah selanjutnya yaitu nemuin rumus yang cocok untuk menghitung hubungan (koefisien korelasi) diantara variabel X dengan variabel Y, dimana kedua variabel menghasilkan data bertipe ordinal. Akhirnya setelah ubek-ubek buku, ketemu juga rumus yang cocok buat uji hubungan antara variabel X dan variabel Y, yaitu rumus Spearman’s (Kriyantono, 2009: 172). Formula lengkap dari rumus Spearman’s, yaitu :
Rumus Spearman’s
rho = 1- 6 Σd² : N(N²-1)
(Kriyantono, 2009: 176)
Keterangan:
rho = koefisien korelasi rank-order
Angka 1 = angka 1, yaitu bilangan konstan
6 = angka 6, yaitu bilangan konstan
d = perbedaan antara pasangan jenjang
∑ = sigma atau jumlah
N = jumlah individu dalam sampel
Untuk menghitung data dengan rumus Spearman’s ini, gue pakai bantuan software SPSS 17. Dan cara mengoperasikan SPSS 17 itu gue lihat di buku Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS karya Duwi Priyatno (2010: 17-19) dan Statistik Nonparametrik karya Singgih Santoso (2014: 217-218).
Kenapa kerajinan banget pakai dua buku segala? Alasannya, yaitu:
- Di buku Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, gue bisa lihat cara memasukkan data ke SPSS dari mulai gue buka software-nya pertama kali sampai tahap memasukkan kategori variabel yang gue punya ke kolom variables. Sayangnya untuk langkah selanjutnya, yang semakin bersifat spesifik, di buku ini tidak menerangkan rumus Spearman’s jadi gw beralih ke buku Statistik Nonparametrik.
- Di buku Statistik Nonparametrik, gue bisa lihat langkah selanjutnya yang harus gue ambil setelah memasukkan kategori variabel yang gue punya ke kolom variables, yaitu memilih “Spearman” di tab correlation coefficient sampai klik ok.
Tapi kalau misalkan mau lebih simpel, gampangnya tinggal beli aja 1 buku yang nerangin cara olah rumus Spearman’s dengan bantuan SPSS yang isinya udah lengkap.
Nanti setelah dapat nilai Spearman’s-nya, jangan lupa yah untuk ngelakuin langkah-langkah selanjutnya, misalnya seperti :
Langkah ke 1: Cocokkan dengan tabel pedoman milik Sugiyono (2007) tentang interpretasi koefisien korelasi tersebut. Tabel hubungan ini bisa dilihat di buku Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS karya Duwi Priyatno (2010: 16). Perinciannya yaitu:
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
Tujuan pencocokkan nilai Spearman’s dengan tabel interpretasi milik Sugiyono adalah untuk menentukan seberapa besar keeratan hubungan yang terjadi antara variabel X dengan variabel Y.
Langkah ke 2: Tentukan arah dari hubungan yang terjadi antara variabel X dan variabel Y. Misalnya, kalau hasil penghitungan adalah 0,763 itu artinya arah hubungan yang terjadi sifatnya positif (semakin tinggi nilai variabel X maka akan semakin tinggi pula nilai variabel Y). Begitu juga sebaliknya, kalau misalnya hasil penghitungannya adalah -0,763 itu artinya arah hubungan yang terjadi sifatnya negatif (semakin tinggi nilai variabel X maka akan semakin rendah nilai variabel Y atau semakin rendah nilai variabel X maka akan semakin tinggi nilai variabel Y).
Langkah ke 3: Menghitung nilai koefisien determinasi yakni petunjuk besar kecilnya hasil pengukuran yang sebenarnya (Kriyantono, 2009: 141). Penghitungan koefisen determinasi (R²) dengan cara mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r) yang telah dihitung (Kerlinger dan Pedhazur, 1973: 20). Rumus koefisien determinasi yaitu: R²=r². Dimana R adalah koefisien determinasi dan r adalah koefisien korelasi. Contoh: jika koefisien korelasi adalah 0,763 maka koefisien determinasi adalah 0,582 atau 58% yang artinya hubungan yang terjadi antara variabel Y dengan variabel X adalah 58%, sedangkan sebanyak 42% sisanya adalah hubungan antara variabel Y dengan faktor-faktor lainnya diluar variabel X .
Langkah ke 4: Tentukan uji hipotesis dengan taraf signifikansi 5%. Uji hipotesis ini harus dilakukan biar keputusan yang diambil tersebut meskipun menggunakan sampel tapi hasilnya bisa diberlakukan untuk populasi, keputusan yang diambil tersebut hanya punya potensi untuk salah 5%, dan keputusan tersebut bukan cuma suatu kebetulan semata. Untuk melakukan uji hipotesis ini, gue lihat dari buku Statistik Nonparametrik karya Singgih Santoso (2014: 215-217). Perincian untuk melakukan uji hipotesis yaitu :
* Menghitung nilai z hitung dengan rumus, yaitu:
Keterangan:
rs = koefisien korelasi rank order
n = jumlah responden
* Menghitung nilai z tabel dengan bantuan tabel z (baku), adapun rumusnya yaitu:
Z tabel = 50%- (taraf signifikansi:2), kemudian hasilnya dicocokkan dengan tabel z (baku).
Untuk melihat tabel z dapat klik di link ini yaitu Tabel Z
Tabel z (baku) di atas, gue ambil dari buku Metode Penelitian Komunikasi (1989: 229) karya Rakhmat.
* Menentukan kriteria pengujian, yaitu :
H0 diterima jika z hitung < z tabel
H0 diterima jika signifikansi > 0,05
atau
H0 ditolak jika z hitung > z tabel
H0 ditolak jika signifikansi < 0,05
* Buat kurva kriteria pengujian yang membandingkan antara nilai z hitung dengan z tabel
Contoh kurva pengujian yang membandingkan antara nilai z hitung dengan z tabel, yaitu :
- Untuk menghitung validitas, gue pakai rumus koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.
- Untuk menghitung reliabilitas, gue pakai rumus KR 21.
- Untuk menghitung besar keeratan arah hubungan, dan uji hipotesis gue pakai rumus Spearman dibantu tabel z.
- Untuk menghitung koefisien determinasi, gw pakai rumus R²=r².
Intermezzo
Oia, ini sekedar intermezzo aja, waktu di awal masuk bab 3, gue sempet bingung pas ngelihat ada buku yang bilang kalo Skala Likert itu menghasilkan jenis data interval. Gue bingung karena setahu gue Skala Likert ya jenis datanya ordinal. Setelah gue tanya sama dosen gue, dia bilang yang tepat adalah Skala Likert menghasilkan jenis data ordinal karena jawaban yang ngasih opsi skor yang memiliki tingkatan/ranking yaitu adalah masuk kategori ke jenis data ordinal.
Alhamdulillah, singkatnya akhirnya gue ketemu salah satu artikel yang ngejelasin ke gue bahwa pro kontra soal Skala Likert memang ada. Hal yang lumrah kalo ada yang beropini kalo Skala Likert adalah ordinal dan hal yang lumrah juga kalo ada yang beropini Skala Likert adalah interval. Dan bahkan hal ini pernah dibicarain di seminar nasional statistika di tahun 2011. Buat yang mau lihat jurnal yang bicarain soal perbedaan pandangan soal apakah Skala Likert masuk ke ordinal atau interval bisa klik disini Jurnal Skala Likert.
Mudah-mudahan yang baca jadi skripsweet.Amiin..hehe.
Daftar Pustaka :
Kerlinger, Fred dan Elazar Pedhazur. 1973. Multiple Regressions in Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom. Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remadja Karya
Rangkuti, Freddy. 2005. Marketing Analysis Made Easy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Nonparametrik: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
http://statistikian.blogspot.com/2014/01/kr-20-dengan-excel.html.
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/skalo-program-analisis-skala-guttman/
http://www-01.ibm.com/support/docview.wss?uid=swg21476088).
OMG, berasa ngurusin skripsi lagi.. Berasa masih kuliah.. Berasa muda.. wkakakakaaa.. Semoga kepake sama adek2 kita ya Feb 😉
iya, smoga ya..hehe..
Thanks udah mampir, mel..
Baik banget Pak Wahyu mau jelasin gitu..
Berguna banget ini untuk yang lagi skripsi
iya, top dia..hehe..
Thanks udah mampir, tin..
duh jadi ingat kala itu selagi muda bikin skripsi dan nguber2 dosen pembimbing hehehe….
makasih informasinya n semoga bermanfaat bagi adik-adik yg lagi bikin skripsi
Nguber2 dosen pembimbing dan dikejar2 masalah tak terduga di saat yang bersamaan yah, mba..hehe..
Btw, thanks udah mampir..
OMG, niat banget tulisannya sampai pakai daftar pustaka. kayaknya skripsi gue dulu gak seribet gini. KERENN!!!!
iya, bales dendam soalnya dulu bingung nyari bukunya :p
Btw, thanks udah mampir, mba..
Mantaaap jadi throw back masa ngampus, keren banget ka. Ini tulisan jadi sasaran anak ngampus
Iya, smoga ada manfaatnya..
Ini edisi nostalgila ya..hehe..
Btw, thanks udah mampir..
Duh Ka Febi…jadi inget zaman old, ngalamain juga tuh sindrom skripshit….alhamdulillah lolos juga akhirnya hahaa. Keren ini bahasannya ilmiah tapi disampaikan anak muda banget ,,,,,jempol deh.
Iya, sok muda ini..hehe..
Btw, thanks udah mampir..
Ga ngebayang ngejalanin skripsi..
Liat artikel ini aja udah puyeng kepala,
Harus sungguh-sungguh belajarnya nih..
Semangat-semangat okee..
Keren artikelnya , asli dah..
Itu the power of kepepet sih..hehe..
Thanks udah mampir..
Halo kak, saya mau tanya, variabel X saya menggunakan skala likert, sedangkan variabel Y saya menggunakan skala guttman.
Saya sudah mengikuti arahan di blog ini tentang validitas dan reliabilitasnya.
Yang saya binggung adalah nanti di bab 4, buat nguji hubungan antara variabel x dengan y karena beda skala.
Kira kira caranya bagaimana ya? Apakah bisa tolong jelaskan kak prosesnya dr awal bab 4 sampai nemu hipotesisnya.
Jika berkenan mohon dibalas kak, atau email aputradwijaya@gmail.com
Terima kasih
Hi agung, makasih udah blogwalking..
Kalo ada perlu, bs lanjut komunikasi spt sebelumya ya, via dm IG..
Komplit banget,.. Thanks for sharing 🙂
Iya, sama2..
Thanks udah mampir..
Haii ka , mau dong di ajarin ,saya lagi bab 4 mau sidang ,saya pake skala gutman cuma buat itung korelasinya nilainya kecil saya 3 variabel 2 x 1 y . Boleh minta nomornya ngga ka 🙏
Thanks for sharing nya kak, sekarang ini aku juga lagi dalam kondisi yg Kaka tulis, bingung nyari referensi tentang skala Guttman, Alhamdulillah ketemu disini 🙏
Sama2.. tq udah mampir ke blog ini 🙂