Ternyata, kaya itu ngga bisa mendatangkan kebahagiaan sejati, sedangkan mapan bisa.. Penasaran apa perbedaan diantara keduanya? Yuk kesini..
Di posting-an kali ini gue mau ngomongin buku yang baru aja gue baca yang berjudul Mapan karya Nofie Iman. Buat yang penasaran siapa Nofie Iman, dia adalah seorang praktisi sekaligus pendidik di bidang keuangan dan strategi keuangan. Saat ini dia adalah salah satu pendidik di Universitas Gajah Mada. Judul bukunya pun sangat eye catching karena orang-orang yang tertarik dengan bisnis bisa dibilang mengejar kemapanan, kan?..hehe.
Apa yang membuat gue tertarik untuk membaca buku ini?
Yang membuat gue tertarik buat baca buku Mapan adalah judulnya yang sangat simpel tapi bisa dibilang merupakan hal yang gue cari selama ini. Dari sejak gue kuliah, konsep ini udah ada di kepala gue karena pada saat itu gue menganggap dengan kemapananan tersebut hidup seseorang akan bebas dari intervensi orang lain dan juga pastinya ngga akan merepotkan orang lain. Nah, apakah konsep yang ada di kepala gue ini udah tepat? Berangkat dari hal ini, maka gue memutuskan untuk ‘melahap’ buku ini..hehe.
Apa yang gue rasakan setelah membaca buku ini?
Setelah membaca buku Mapan, gue merasakan suatu kesalahan konsep tentang kemapanan yang tertanam di kepala gue. Di buku ini, Nofie Iman menyadarkan bahwa konsep kemapanan hendaknya mencakup mapan secara finansial dan mapan secara mental. Mapan secara finansial tanpa mapan secara mental mustahil mendatangkan kebahagian karena kita bisa melihat banyak orang yang memiliki kelimpahan materi namun hidupnya ngga bahagia. Bukankah setiap orang yang mengejar kemapanan tersebut berangkat dari pemikiran kalau kemapanan itu bisa mendatangkan kebahagiaan, kan?
Lantas gimana kunci buat mendatangkan kemapanan secara komprehensif tersebut? Di dalam buku Mapan ini, Nofie Iman memaparkan bahwa untuk mencapai hal tersebut yang perlu diketahui adalah memahami apa makna kemapanan itu sendiri, memahami apa niat kita mengejar kemapanan dan straregi untuk mendapatkannya. Diharapkan, dengan memahami hal ini maka apa yang selama ini dikejar habis – habisan itu, setelah didapetin maka mampu memberi kebahagiaan yang sejati.
Buku Sekali Action Langsung Eksis
Yuk, kita bahas satu per satu, dimulai dari makna kemapanan. Menurut penulis, makna kemapanan yang seharusnya dipahami adalah berdikari dalam finansial dan mental. Penulis menyiratkan bahwa makna mapan saat ini telah keliru yaitu hanya mapan pada finansial sehingga banyak orang yang kaya tapi hidupnya ngga bahagia ataupun sia-sia seperti misalnya menghabiskan waktunya dengan pamer ria di sosial media bersama barang mewah. Masih menurut sang penulis, hal ini adalah sesuatu yang terlihat menyedihkan.
Lanjut membahas tentang niat yang tepat dalam mengejar kemapanan itu sendiri. Setiap orang pasti sepakat kalau untuk sebagian besar orang, niat dalam mengejar kemapanan pasti karena pengen banget mendapatkan kebahagiaan. Namun pada faktanya, banyak orang kaya yang ngga bahagia. Lantas apa yang salah? Jika menurut buku ini, letak kesalahannya adalah orang – orang tersebut ngga memantapkan kemapanan dalam hal mental. Seseorang yang mapan secara finansial dan mental sekaligus, maka dengan uang yang banyak tersebut mereka akan senang untuk berbagi dengan sesama. Sampai disini bisa disimpulkan bahwa niat yang benar adalah mengejar kemapanan agar menjadi pribadi mandiri yang suka berderma, karena disitulah kebahagiaan ditemukan.
Kira – kira apa udah cukup jelas maksud si penulis buku? Menurut gue pribadi, dua poin yang dipaparkan sama penulis itu udah cukup jelas. Poin selanjutnya yang dipilih oleh penulis yaitu strategi untuk mendapatkan kemapanan finansial dan mental. Dalam memaparkan strategi tersebut, penulis sama sekali ngga memaparkan secara teknis misalnya bagaimana cara memilih saham yang baik ataupun instrumen investasi lainnya. Buku ini bisa dibilang hanya memaparkan secara garis besarnya aja. Gue merasa bahwa penulis berniat menjadikan buku ini sebagai pendorong semangat dan fokus karena banyak kasus dimana terjadi gap antara keinginan untuk maju dengan praktik yang lemah (transmission loss).
Secara garis besar, strategi yang dipaparkan untuk mencapai kemapanan finansial menurut buku Mapan adalah dengan memiliki waktu, modal (diperoleh dari pendapatan aktif), dan investasi. Menariknya, di buku ini penulis ngga percaya dengan istilah rencana cadangan, jadi menurutnya seseorang harus yakin dengan kompetensi dan tujuan bisnisnya sejak awal. Misalnya, seseorang dengan kompetensi di bidang teknologi, harus fokus membangun di bidang tersebut meskipun usahanya digucang masalah. Hal ini tentu berlawanan dengan teori umum, yaitu adanya pemisahan instrumen saat melakukan investasi atau diversivikasi investasi.
Sedangkan strategi yang dipaparkan untuk mencapai kemapanan secara mental yaitu dengan memiliki karakter yang baik. Karakter yang baik ini berguna dalam perjalanan dalam mencapai prestasi, mempertahankan prestasi, dan menjadikan prestasi tersebut bermanfaat untuk kesejahteraan hidup orang lain. Karakter yang baik tersebut yaitu fokus, sabar, hemat, dermawan, dan religiusitas.
Lantas bagaimana untuk memiliki karakter-karakter tersebut? Fokus dapat diperoleh dengan mempraktekkan trik automatisasi dan optimalisasi. Kemudian untuk mampu sabar, penulis memaparkan beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa kesabaran dalam menunda kepuasaan sesaat akan mendatangkan keuntungan jangka panjang. Hal ini tentu untuk mendorong siapapun yang membaca bukunya paham maksud si penulis yaitu supaya tetap sabar dalam menjalankan kehidupan. Untuk karakter dermawan dan hemat, penulis menceritakan kestabilan hidup yang diperoleh oleh orang-orang terkaya di dunia karena mereka memiliki gaya hidup tersebut. Seperti misalnya Mark Zuckerberg dan Bill Gates yang selalu tampil sederhana dan dermawan terbukti hidupnya lebih stabil dan jauh dari masalah. Sedangakan religiusitas diperoleh dengan hidup sesuai dengan tuntutan agama masing-masing.
Seperti buku-buku pengembangan diri lainnya, ada hal unik yang gue suka dari buku ini. Di buku ini banyak dipaparkan hasil penelitian dan makna-makna dari fenomena sosial yang terkait pengembangan diri. Misalnya, untuk mengajarkan kepada pembaca pentingnya berhemat, maka penulis menjelaskan tentang apa itu efek Diderot. Kemudian untuk membantu mempertahankan fokus kita, penulis menjelaskan tentang istilah decision fatigue dan bagaimana menghindarinya. Serta masih banyak fenomena lainnya. Kemudian tidak sampai disana saja, ada beberapa hasil penelitian dengan metode sosial eksperimen yang diungkap disini. Beneran deh, buku ini sangat bermanfaat buat pembaca yang punya latar belakang bukan dari ilmu bisnis.
Hal lain yang gue suka dari buku ini yaitu menekankan bahwa faktor keberuntungan dalam mencapai prestasi adalah faktor yang sangat penting. Bisnis apa yang tidak memerlukan keberuntungan atau kesempatan, bukan? Penulis menyarankan tidak ada salahnya agar kita mendekat kepada Tuhan agar dapat memperoleh kedua hal tersebut karena menurutnya, hingga kini para pakar pskilogi pun belum bisa menemukan hal ilmiah apa yang bisa diupayakan untuk mendapatkan keberuntungan.
Hal lainnya yang menurut gue berkesan dari buku Mapan yaitu, anjuran penulis agar pembaca bebas menerapkan atau tidak sepenuhnya menerapkan sarannya tersebut. Hal ini dia tekankan karena si penulis menyadari bahwa tiap orang itu unik dan membawa peta hidupnya masing-masing. Jadi sah-sah saja bagi orang lain untuk menerapkan sarannya atau sebaliknya.
Sebelum mengakhiri review tentang buku ini, gue pribadi masih merasakan ada saran-saran dari buku ini yang masih gue ragukan. Saran yang gue ragukan misalnya tentang ngga perlu memiliki rencana cadangan (termasuk tidak perlu melakukan diversifikasi investasi) dan saran untuk tidak menggunakan asuransi (sepenuhnya bergantung kepada doa dan sedekah untuk menghindari dari marabahaya). Gue pribadi lebih suka memilih opsi melakukan diversifikasi, karena setiap instrumen tentu punya risiko yang berbeda. Sedangkan mengenai perihal untuk mengandalkan doa dan sedekah saja, gue merasa ngga ada salahnya mengikuti asuransi karena sebagai bentuk dari ikhtiar juga.
Akhir kata, menurut gue buku ini bagus dibaca buat para remaja ataupun usia dewasa awal yang udah mulai tertarik nih sama konsep kemapanan, bagi siapapun yang tertarik sama dunia bisnis tapi ngga punya pendidikan formal tentang bisnis, dan juga berguna bagi siapapun yang mau menghilangkan transmission loss yaitu jarak yang tercipta antara niatnya untuk mapan dengan praktiknya yang seringkali melempem karena kurangnya semangat. Nah, kalau udah tahu kalo buku ini bagus, yuk silahkan dibeli dan dibaca ya buku ini 😊
Kalo buat kamu pribadi, konsep kemapanan buat kamu itu yang kayak gimana?
Keren
terimakasih udah mampir..