Buku Being Less Sensitive Person

https://www.estalinafebiola.com/being-less-sensitive-person/

Ngerasa gampang baper, terharu, atau cepet paham sama modus orang lain? Yuk, coba cek apa kamu si manusia langka yang masuk ke dalam kategori Highly Sensitive Person

 

 

Kali ini gue balik lagi mau bahas tentang buku, yaitu sebuah buku yang berjudul Being Less Sensitive Person yang ditulis oleh seorang sarjana sains yang juga pengelola media digital bernama Restianingrum, yuk tanpa banyak basa basi langsung aja yah.

 

Apa yang membuat gue memutuskan buat baca buku ini?

 

Hal yang membuat gue memutuskan buat baca buku yang berjudul Being Less Sensitive Person karya Restianingrum ini adalah karena menurut gue saat ini kata baper udah menjadi hal lumrah yang sering diucapin di pergaulan sehari-hari. Baper secara singkat kurang lebih artinya terlalu dibawa ke perasaan atau diambil hati. Oia, bahkan gue pernah liat beberapa status orang lain yang mengeluh kalo saat ini kata baper seringkali dijadiin pembenaran buat mengejek orang lain. Terlepas dari setuju atau ngga setuju tentang hal ini, beberapa waktu yang lalu gue ketemu sama buku yang berjudul Being Less Sensitive Person dan menurut gue buku ini sepertinya relate dengan fenomena saat ini yaitu populernya penggunaan kata baper di pergaulan sehari-hari.

 

 

Apa yang gue rasakan setelah membaca buku ini?

 

Seperti yang udah gue singgung di atas tentang lazimnya penggunaan kata baper di pergaulan sehari-hari, pas gue lihat buku Being Less Sensitive Personini, gue merasa tertarik karena sepertinya relate dengan keadaan saat ini. Apalagi kemudian gue tahu kalo buku ini mengungkapkan suatu fenomena sosial yang merupakan hasil riset belasan tahun seorang wanita bernama Elaine Aron yang juga berprofesi sebagai periset, psikolog, dan profesor di The State University of New York. Aron menemukan bahwa ada orang – orang tertentu yang secara genetik memang terlahir dengan karakter yang sangat sensitif atau diistilahkan oleh Aron dengan sebutan Highly Sensitive Person (HSP).

 

Di buku Being Less Sensitive Person dijelasin dengan gamblang kalo HSP sendiri itu tidak bisa dikatakan sama artinya dengan orang yang gampang tersinggung atau gampang marah, tapi HSP adalah keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan untuk merasakan atau merespon stimuli dengan lebih mendalam dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya.

 

HSP juga tidak bisa dibilang sama dengan introvert karena introvert adalah keadaan dimana seseorang memperoleh energi dengan cara hening atau menyendiri, tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa hasil riset Aron menyatakan bahwa 70% HSP adalah juga seorang introvert dan 30% HSP adalah seorang ekstrovert.

 

Di buku Being Less Sensitive Person juga kita akan diajak untuk mendalami apa – apa saja kelebihan dan kekurangan seorang HSP. Salah satu kelebihan HSP yang mau gue bahas yaitu karakter para HSP yang mampu menyerap stimuli secara lebih mendalam sehingga biasanya mereka adalah orang-orang peka nan pintar yang mampu cepat memahami dan membaca situasi, namun di satu sisi kekurangannya adalah karena mampu merasakan sesuatu secara lebih mendalam maka HSP menjadi rentan overthinking, mudah tersinggung, dan stres jika tidak bisa me-manage kelebihannya itu.

 

Beragam cara untuk manajemen stres pun dijelaskan di dalam buku Being Less Sensitive Person, dimana salah satunya adalah dengan cara meditasi. Sebagai info tambahan, gue juga sempat baca buku karya Aron-nya langsung yang berjudul The Highly Sensitive Person, dimana Aron menyarankan salah satu cara untuk manajemen stres yang bisa dilakukan oleh para HSP adalah dengan memperdalam spiritualitas. Manajemen stres perlu diterapkan karena kedepannya jika stres tidak dikendalikan maka bisa memicu penyakit-penyakit fisik (psikosomatis) seperti penyakit syaraf, inflamasi, dan penyakit lainnya yang secara detil diungkapkan di buku ini.

 

Lagipula menurut gue pribadi seorang HSP wajib bisa melakukan manajemen stres agar dalam kehidupannya tidak terkesan menuntut orang lain aja untuk memahami dirinya akan tetapi bisa saling memahami atau beradaptasi. Oia, di buku ini juga dijelaskan lebih detil tentang apa-apa aja kelebihan dan kekurangan lainnya dari seorang HSP yah.

 

Kemudian buku Being Less Sensitive Person juga menginformasikan tentang apa saja yang dapat menyebabkan seseorang menjadi HSP dan bagaimana cara bergaul dengan orang-orang HSP dengan baik. Di buku ini dijelaskan bahwa seseorang bisa menjadi HSP dikarenakan faktor genetika ataupun faktor lingkungan (termasuk di dalamnya pola asuh dari orang tua).  Dikarenakan faktor genetika dan lingkungan juga memiliki andil untuk timbulnya karakter ini pada diri seseorang, maka di buku ini juga turut dijelaskan bagaimana pihak orang tua, teman, atau pasangan dapat bersikap kepada para HSP sehingga dapat bergaul secara harmonis dengan mereka.

 

Gue pribadi ngga menyangka jika pembahasan HSP ini sendiri akan juga membahas tentang isu parenting. Dimana anak yang orang tuanya tahu bagaimana meng-handle anak-anak HSP akan menjadikan anak menjadi pribadi yang bermental sehat atau tidak memandang karakternya hanya dari sisi negatifnya saja.

 

Pada intinya, setelah membaca buku Being Less Sensitive Person karya Restianingrum ini dan buku karya Aron (periset awal tentang HSP), secara pribadi gue menemukan beberapa penilaian subjektif gue tentang kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh buku Being Less Sensitive Person ini.

 

Kelebihannya yaitu membaca buku ini terasa banget sebagai intisari dari buku tebal milik Aron yang berjudul The Highly Sensitive Person sehingga penjelasan di buku Being Less Sensitive Person ini lebih to the point dan menggunakan bahasa sehari-hari yang asyik buat dicerna. Kemudian buku ini juga tidak hanya dilengkapi dengan hasil-hasil riset dari Aron tapi juga dilengkapi dengan hasil-hasil riset dari peneliti lainnya yang juga berkaitan dengan HSP. Hasil riset tersebut misalnya riset tentang apakah lebih besar persentase laki-laki atau perempuan yang memiliki kecenderungan untuk menjadi HSP, riset tentang penyakit-penyakit psikosomatis apa saja yang bisa diakibatkan dari ketidakmampuan melakukan manajemen stres, dan hasil riset lainnya.

 

Kekurangan dari buku ini yaitu entah kenapa gue ngga terlalu sreg dengan judul buku ini yang terkesan melihat karakter sensitif sebagai sesuatu yang hanya memiliki sisi negatifnya saja karena sebenarnya sifat ini juga memiliki sisi positif. Mungkin menurut gue pribadi, judul yang lebih “ketemu di tengah” seperti Empowerment for HSP atau Advanced Personal Development for HSP.

 

Sebelom menutup postingan kali ini, gue juga mau bilang kalo buku Being Less Sensitive Person juga menekankan tentang kecenderungan para HSP yang terkadang terlalu baik yakni terlalu tidak enak hati dengan orang lain sehingga terkadang menyakiti diri sendiri. Dimana hal ini jadi membuat gue inget dengan tema bahasan lainnya yang udah populer yaitu tentang bahaya menjadi people pleaser dan pentingnya menetapkan boundaries untuk diri sendiri.

 

Dan buat yang penasaran apakah kamu juga termasuk kelompok HSP apa bukan, kamu juga bisa melakukan tes dengan kuesioner yang dibuat oleh Aron. Kuesioner buatan Aron ini juga dimuat di dalem buku Being Less Sensitive Person ini, tetapi tentunya untuk kesimpulan final akan lebih baik jika kamu juga berkonsultasi dengan psikolog secara langsung ya.

 

Kalo kayaknya kali ini gue tulis review tentang buku kayaknya singkat banget atau ringkas-ringkas amat, iya karena emang sengaja biar ngga jadi spoiler banget dong dan biar yang penasaran mau baca detail bisa langsung beli bukunya aja..hehe. Oia, hal terakhir yang mau gue tulis sebelum bener-bener menyudahi posting-an kali ini adalah mungkin ada benarnya kalo menggunakan kata baper setelah menggoda atau mengejek orang lain ngga terlalu cocok untuk diterapin ke semua orang karena emang sejatinya ada orang – orang yang terlahir dengan genetika HSP.

 

Gimana apa kamu juga sering ngerasa “mabuk stimuli” seperti seorang HSP?..hehe.

 

Instagram

Tagged : / / / / / / /

78 thoughts on “Buku Being Less Sensitive Person

  1. Istilah yang menarik. Aku baru tahu istilah ini kak febi. Ada bagus dan buruknya. Setelah baca ini, aku jadi berpikir jika seseorang punya hsp, dia bisa jadi pendengar yang baik untuk orang lain. Ikut larut, pahami, dan merasakan apa yang dialami dan diceritakan.

    Minusnya jadi bisa ikut kepikiran secara lama dengan apa yg sedang dirasakan. Ga bisa bersikap bodoh amat dengan apa yang sedang dialami. Khan kita perlu bersikap bodoh amat dengan beberapa hal yang kiranya ga penting..hehhehe

  2. Feb nggak mau share kuesinoernya, kan jadi pengen ngetes juga hehe
    Tapi memang seseorang dengan HSP ini jadi serba salah ya, terlalu baik untuk orang lain tapi tanpa sadar bisa menyakiti dirinya sendiri

    1. Jadi pengen isi kuisionernya deh kak. Apa aku termasuk HSP yaa? Tapi aku g sampe nyakitin diri sendiri jg sih. Hhhe

    1. Iya, kalo menurut saran psikolog Aron kayak gitu..
      Bisa coba tes mandiri pake kuesionernya dia terus kalo hasilnya positif, bisa lanjut di tes ulang sama psikolog 🙂

      Thanks udah mampir..

  3. HSP Aku termasuk orang yang baperan gak ya?? Tapi sepertinya kalo aku bukan type orang yang baperan. Eh ko malah bahas diri sendiri, wkkk ditunggu review buku selanjutnya feb

  4. Banyak yang kurang bisa memahami orang yang sensitif apalagi yang HSP. Duh, dari ulasannya kenapa relate banget ya sama aku? Jadi penasaran deh mau baca bukunya.

    1. Iya, silahkan dilahap bukunya..
      Lebih bagus lagi selain baca buku yang gw review, baca juga buku karya Aron itu sendiri yang judulnya The Highly Sensitive Person 🙂

      Thanks udah mampir..

    2. Mungkin aku masuk kategori ini. Reviewnya menarik sekali, jadi kepingin baca. Untuk people pleaser, dulu aku begitu, setelah belajar dari pengalaman akhirnya berusaha tegas dan merubah sedikit demi sedikit.
      Kata baper sekarang seakan jadi tameng buat orang bercanda dan menghina orang.
      Oh ya, seorang HSP apakah suka mengalami mood swing?

  5. Kayaknya banyak orang jawa yang HSP, Kak. Karena mereka rata-rata orangnya nggak enakan jadi kadang mengorbankan kenyamanan diri sendiri. Mungkin sih, ini pengaruh dari lingkungan dan didikan orang tua juga. Soalnya aku orangnya juga nggak enakan. Dan kadang itu emang bikin gregetan sama diri sendiri, pernah juga dimanfaatin orang lain gara-gara aku yang mungkin terlalu baik dan naif. Huhu

    1. Kalo menurut literatur, HSP juga bisa di-trigger dari pola asuh orang tua atau lingkungan..
      Misalnya, Kalo lingkungannya negatif, kasih luka batin ke seseorang, bisa juga bikin orang itu jadi super sensitif..

      Btw, thanks udah mampir 🙂

    2. Begitulah perilaku indiviudu ya kak Febi. Dapat dikulik dari berbagai sisi. Pemahanan teoritisnya berpijak dari berbagai paradigma / pendekatan dalam ilmu psikologi. Demikian juga mengenai individu dengan high sensitive person. Di buku lain mungkin menggunakan pendekatan yang lain untuk konteks yang sama. Jadi, terimakasih kak feb sudah mengkritisi buku tersebut secara netral. Terimakasih juga untuk keminatan kakak mengenal berbagai perilaku individu.

  6. Kalau merasa “ga enak sama orang” sih sering tetapi tidak sampai stress atau merugikan diri sendiri sih. Kayaknya saya memang bukan HSP deh. Tapi tertarik juga nih untuk tes psikologis nantinya. Pastinya setelah pandemi.

  7. Setuju, ga cuma negatif tapi ada positifnya juga lho highly sensitive person itu, misalnya dia kalo jadi orang akan lebih peka dengan keadaan orang lain. Misalnya, kalau sahabatnya ada masalah padahal ga cerita di bakal merasa dan biasa dia yang bisa jadi tempat tjurhanya.
    Menarik sekali bahasan ini, ternyata related dengan siu parenting ya HSP, jadi pengin baca juga biar siap ngadepin anak remajaku yang karena masalah hormon – sepertinya- jadi sensitifnyaaa…duh

  8. seseorang yang sensitif biasanya lebih peka akan suatu situasi, bisa jadi plus dan minus juga tergantung menyikapinya.. jadi pengen baca bukunya juga nih 😀

  9. Wah ternyata ada istilah hsp. Apakah aku termasuk hsp ya? Haha. Jadi penasaran pengen tes kuisioner nya. Tapi sebuah sifat tentu saja nggak hanya ada buruknya tapi ada baiknya juga. Baca ulasan ini lumayan juga jadi nambah wawasan tentang sifat dalam diri manusia.

  10. Yampun..
    Gue kenal jelas seseorang yg tipikal HSP ini. Percis banget dengan kelebihan, kekurangan, dan sipat2nya..
    Dan orang itu adalah pacar gw sendiri. 😅😅

  11. Wahh Pemahaman baru nih tentang istilah HSP, tapi memang cara yang lebih halus sih untuk mengatakan orang yang gampang baper

  12. Duh, jadi pengen baca bukunya banget😃
    Sepertinya memang bagus dan menarik, kak Febi sampai punya ide dan masukan untuk judul yang cocoknya bagaimana sebaiknya..dan itu cocok juga kak
    HSP jadi terdengar begitu menarik ya setelah dikulik dan dikupas secara mendalam…
    Selain jadi ingin membaca bukunya, juga membuat aku jadi ingin merenung dan berpikir-pikir, apakah memang benar kala itu sudah pernah bersinggungan dalam kehidupan nyata maupun maya dengan pribadi HSP, atau kah malah justru diri ini masuk pula ke dalam kategori tersebut?
    Setidaknya kemudian aku pun bersyukur karena bertemu dan berkenalan dengan Yoga..
    Anyways, thank you so much for the ‘bergizi’ sharing hehehe.. Berhasil bikin aku penasaran juga kepikiran kak😅
    Oiya, aku juga berminat kak dishare kuesionernya🤣

  13. Wah wah ada kuisionernya, aku kan jasi penasaran masuk tipe yang mana. Feelingku aku di HSP nih karena ke-introvert-anku haha

  14. Wah menarik nih pembahasan tentang HSP apalagi kalau dihubungkan dengan mental issued sekarang dimana banyak yang menyepelekan sesuatu tapi ternyata hal itu sangat dipikirkan oleh orang lain…penasaran tesnya nih..

  15. Dalam mengatur emosi atau stress memang tetap yang utama itu spiritualitas yah… Tanpa hal tsb sepertinya akan sulit untuk bisa detract rasa “baper”…
    Selain spiritualitas apalagi kak..?
    Penasaran Clara…

    1. Sejauh ini yg gw tahu itu spiritualitas sih, Clara..
      Semua buku yang gue baca bilang kalo cara nemuin solusi yaitu dengan “move in” dulu baru bisa “move forward”..
      Mungkin ada yg lain yg lbh tahu..

      Btw, thanks udah mampir..

  16. Baru denger aku istilah HSP, jadi lebih enak yah dari pada kita langsung ngejudge orang dengan kata Baperan. Jadi penasaran euy, seberapa HSPnya aku. Sedihnya sekarang banyak pergeseran nilai yah, orang mulai ga paham artinya kata ‘sorry’ karena sekarang semua sikap salah bisa langsung menggunakan kata ‘baper’ untuk pembenaran. Gmn kalo yang dihadapi adalah orang HSP yang blom bisa ngendaliin dirinya. Apa ga lebih runyam itu.

  17. baru denger istilah HSP ini, tapi kalo dari ciri cirinya, sepertinya ada anak gue yang begini hahahhaha, ngadepinnya bikin emosiiiii hahhahaha

    makasih info freshnya beebbb

  18. Emang bener kalao org HSP tu tenang klo memperdalam spiritualitas dan biasanya bacaannya tu yang berhubungan sama self improvement ke dalam dan yang kalem2 gt. Q salah satu orang HSP. Hehehe.. paling merasa terganggu dengan suara berisik. 🤣

  19. Penasaran banget dengan bukunya Restianingrum ini. Pengen tau, apakah saya termasuk yang kategori HSP bukan, ya

  20. Review buku yang bagus. Jadi tertarik untuk mendalami diri sendiri apakah termasuk seorang HSP. Soalnya dari sedikit “spoiler” dari tulisan ini kok aku jadi menuduh diri seorang HSP ya. Hehe. Selain ada kuisionernya, penjelasan tentang kekurangan dan kelebihan seorang HSP bakalan ngebantu banget untuk memanage tingkat stress karena kita bisa melihat sisi positif dari sesuatu yang banyak dianggap negatif.

  21. Baru tau istilah HSP. Hmm sepertinya anak sulung sy tergolong HSP nih, sy bisa atasi tapi gak tau ini caranya betul apa bener. Hehe. Apakah di buku ini dijelaskan cara menangani anak HSP?

  22. Setuju banget sama pendapat kakak yang mengatakan kalau judul buku ini sounds misleading kayak menyatakan kalau jadi orang sensitif itu salah. Padahal, ketika digunakan secara pas, malah membantu profesi, seperti aktor/aktris atau penulis. Thanks reviewnyaaa! Def masuk my TBR✨

  23. Ikutan kuesionernya kudu baca bukunya ato beli bukunya dulu ya kak? Aku penasaran sih kayaknya aku begitu juga.

  24. Iya ya, sekarang tuh kalau yang baper kaya sesuatu yang salah, padahal kita gak pernah tahu kedalaman emosi seseorang, btw saya jadi merenung, saya termasuk hsp bukan ya?

  25. Sejujurnya aku bukanlah orang yang sensitive bahkan cenderung cuek banget, tapi aku malah dikelilingi oleh orang-orang yang sensitive banget sejak sekolah bahkan mereka itu teman terdekat. Mungkin bagiku yang cuek dan bodo amat, melihat mereka yang overly sensitive tuh bikin kesel banget tapi ini mungkin karena ini aku yang gak paham perasaan mereka ya. Sepertinya bisa nih coba baca ini supaya paham dengan pola pikir orang lain juga

  26. makin banyak wawasan saya soal HSP dna baru tahu ternyata faktor penyebabnya bisa dipengaruhi oleh genetika juga ya selain faktor lingkungan. wajib baca bukunya biar tahu cara bergaul dengan mereka

  27. Dulu sewaktu jadi announcer Radio FM (1999-2011) sering dapat buku gratisan dari penerbit. Jadi terpancing baca2 buku ….. skrg sdh out jadi penyiar jadi jarang2 buka buku. Stlh baca artikel ini jadi rindu …… bukan rindu sama Febi ….. tapi rindu baca buku lagi. Untungnya aku mah bukan orang baperan

  28. Makasih kak Febi ulasannya menarik banget. Otw mau baca nih bukunya hehe

    Aku tertarik juga sama bahasan ini karena Aku sadar jadi orang sensitif banget. Wkwk tapi ini gak boleh jadi pembenaran sih karena khawatir bikin kita jadi memaklumi dan ga berusaha ngerti batasan diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
Visit Us On TwitterVisit Us On FacebookVisit Us On YoutubeVisit Us On Instagram