Kenapa Ferdi Sambo, Rafael Alun, dan lain – lainnya berperilaku berkebalikan dari apa yang mereka pahami? Suatu posting-an dari perspektif neurosains..
Tulisan gue kali ini terinspirasi dari beberapa peristiwa yang terjadi di lingkungan sosial gue (bisa gue lihat langsung tanpa bantuan media massa) ataupun peristiwa (skandal) yang saat ini sedang ramai dibicarain di media massa (gue memperhatikan lewat bantuan media).
Peristiwa yang terjadi di lingkungan sosial gue (bisa gue amati secara langsung tanpa bantuan media massa) adalah misalnya gue melihat beberapa kali peristiwa dimana orang-orang dengan atribut ataupun memangku jabatan yang signifikan di dalam suatu organisasi keagamaan berperilaku yang tidak sejalan dengan prinsip atau nilai – nilai yang esensial di dalam agama.
Mau tahu tingkah gemoy hewan – hewan yang dateng ke ruang periksa dari perspektif dokter hewan sekaligus mantan dekan di Universitas Gadjah Mada? Yuk kesini..
Balik lagi ke kebiasaan lama, kali ini gue mau ngomongin soal buku yang baru aja gue baca yaitu buku yang judulnya Prof. Brontosaurus: Hari – Hari Seorang Dokter Hewan. Alesan gue kenapa mau baca dan bahas buku ini adalah karena gue penasaran aja kira – kira hal unik apa aja sih yang pernah dialamin sama dokter hewan. Gue kepo sama hal ini karena sejauh pengamatan gue kalo lagi dateng ke klinik (dokter hewan), gue lihat perilaku atau kepribadian hewan – hewan saat dateng ke klinik dokter hewan pada unik – unik.
Buku Prof. Brontosaurus: Hari – Hari Seorang Dokter Hewan ini ditulis oleh Profesor Subronto (dokter Subronto) yang ternyata pernah menjabat sebagai seorang dekan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jadi tanpa pikir panjang langsung aja gue baca buku ini.
Mau jadi solo backpacker bulanan di Nusa Tenggara dengan biaya yang hemat banget? Yuk kesini..
Menemani waktu gue di saat – saat menjelang tidur, gue putusin untuk baca buku berjudul Keliling Nusa Tenggara Luar Dalamkarya Muhammad Iqbal. Buat gue yang belum pernah dateng sendiri ke daerah Nusa Tenggara, tentu ada ekspektasi tersendiri saat membuka halaman pertama buku ini. Ekspektasi tersebut adalah gue akan menemukan banyak informasi berguna, selain tips agar bisa keliling Nusa Tenggara selama satu bulan hanya dengan modal 10 juta rupiah.
Dengan jumlah halaman buku Keliling Nusa Tenggara Luar Dalamyang berkisar 190-an halaman, serta gaya bahasa Iqbal (sang penulis) yang layaknya sedang mengobrol santai kepada teman tentunya tidak akan memakan banyak waktu untuk membaca buku ini sampai selesai. Setelah selesai membaca buku ini, betul banget gue menemukan apa yang gue ekspektasiin di awal yaitu informasi – informasi yang berguna.
Penasaran kenapa ada orang bisa tertarik sama ekstremisme? Yuk, kesini..
Tulisan gue kali ini gue buat karena gue baru aja nonton acara diskusi yang diadain oleh Cangkir Opini pada tanggal 21 Agustus 2021 baik secara online maupun offline. Sedangkan gue sendiri menonton secara online. Acara ini mengangkat tema yaitu Korelasi Gender dan Nilai Islam Wasathiyah, serta mengundang para narasumber yaitu Ali Muthohirin, Luluk Dwi Kumalasari, dan Ika Puspitasari.
Penasaran sama buku legendaris yang menjadi dasar buku The Secret? Yuk kesini..
Kali ini gue iseng mau bahas soal buku yang baru aja gue baca yaitu The Science of Getting Rich karya Wallace Wattles. Menurut hasil googling yang gue lakuin sebelom nulis ini, sang penulis tersebut merupakan figur terkenal di zamannya karena buku – buku pengembangan diri yang dia ciptakan mampu menginspirasi banyak orang.
Alasan gue sendiri untuk kemudian baca buku The Science of Getting Rich sebetulnya bukan karena profil penulisnya tapi karena gue baru aja ikut seminar The Vibration Game yang diadakan oleh seorang trainer bernama Arif Rahutomo yang juga penulis buku ini. Setelah gue ikut seminar ini, sang trainer kasih gue flash disk. Salah satu isi folder yang ada di dalem flash disk tersebut yaitu terdapat audio book tentang The Science of Getting Rich ini.
Mau cobain cara baru healing di rumah selain berdoa dan meditasi? Yuk, cobain gandeng si anabul di sini..
Ide tulisan gue kali ini yaitu Sehat Mental Bareng Hewan Peliharaan mungkin bisa dibilang ada karena gue lagi dalam masa seneng – senengnya punya kucing, jadi ya topiknya ngga jauh – jauh tentang hewan peliharaan..hehe. Jadi kali ini gue mau cerita tentang webinar yang baru aja gue ikutin.
Webinar yang mau gue ceritain ini diselenggarain oleh Ad Familia Indonesia pada tanggal 10 Juni 2022. Ad Familia Indonesia adalah organisasi yang isinya adalah tim psikolog klinis yang berfokus pada pengembangan diri, mental, dan moral di dalam keluarga.
Webinar ini sendiri berjudul My Pet, My Saviour yang dibawakan oleh Nerissa Arviana sebagai narasumber. Nerissa Arviana merupakan salah satu anggota psikolog klinis yang ada di dalam Ad Familia Indonesia.
Ingin anabul kesayangan kamu tambah gemoy dan kebal virus? Yuk disini ada contekannya..
Tulisan Rahasia Kucing Gemoy Kebal Virus yang gue buat kali ini bisa dibilang masih ada hubungannya sama pengalaman gue sebelumnya yang baru aja punya kucing. Jadi di saat gue iseng – iseng buka Instagram, gue lihat ada webinar gratis yang topiknya tentang kucing. Tepatnya webinar ini ngebahas tentang pemeliharaan kucing yang benar supaya terhindar dari virus.
Webinar kali ini diadain sama Sekolah Vokasi IPB University dan narasumbernya yaitu seorang dokter hewan sekaligus dosen di Sekolah Vokasi IPB University yang bernama Tetty Barunawati Siagian pada tanggal 9 April tahun 2022 di Bogor.
Mau tips dateng ke Puskeswan Ragunan? Yuk, baca di sini..
Di tulisan Puskeswan Ragunan: Pengobatan Kucing Sakit ini, gue mau sharing tentang pengalaman gue dan adik gue yang rescue kucing jantan. Gue ngga tahu kucing ini bakal kita rescue permanen atau sementara aja selama dia masih dalam kondisi sakit, tapi yang jelas sekarang kucing ini udah hampir dua (2) minggu dikandangin di rumah.
Jadi awalnya, di beranda rumah gue suka kedatengan kucing ini. Gue ngga tahu pasti ini jenisnya apa tapi yang jelas bulunya tebel – tebel ngga kayak kucing asli domestik (lebih mirip kucing Persia). Pas kucing ini dateng, kita di rumah suka iseng kasih makanan – makanan sisa buat kucing ini. Mungkin karena kebiasaan inilah, ini kucing hampir setiap hari pasti mampir ke beranda rumah gue. Bahkan terkadang kalo kebetulan pintu depan kebuka, dia udah berani masuk – masuk ke dalem rumah.
Singkat cerita, setelah kurang lebih empat (4) bulan kita terbiasa sama kedatangan kucing ini, tiba – tiba suatu saat kita sadar kalo kucing ini sakit karena bulunya jadi rontok – rontok, sering garuk – garuk, ada luka – luka bekas garukan di beberapa bagian tubuh, dan ekspresi mukanya jadi kusut.
Melihat kondisi si kucing ini, akhirnya kita punya ide buat bawa kucing ini ke dokter hewan. Setelah searching sana – sini akhirnya pilihan jatuh ke Pusat Kesehatan Hewan di Ragunan (Puskeswan Ragunan) yang berlokasi di Jalan Harsono RM nomor 28, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Meskipun jauh karena rumah gue ada di daerah baratnya Jakarta, tapi akhirnya kita pilih tempat ini karena pertimbangan harganya lebih terjangkau. Apalagi kita ngga tahu, apa nanti perlu periksa beberapa kali atau cukup sekali aja dateng buat periksa.
Pas udah yakin mau ke dokter hewan yang ada di Puskeswan Ragunan, kita jadi bingung lagi sama jadwal buka tempat ini karena antara info di website Puskeswan dengan beberapa blog yang sharing tentang tempat ini kasih info jadwal buka yang beda – beda. Akhirnya karena ngga mau salah dateng, gue coba kirim pesen ke Instagramnya Puskeswan yaitu di @pusyankeswannak.jakarta buat mastiin jam buka yang paling update.
Admin Instagramnya pun gercep banget bales direct message di Instagram. Jam bukanya yaitu Senin – Jumat (jam 7.30 AM – 11 AM) dan Sabtu – Minggu (jam 8 AM – 10 AM). Khusus hari Sabtu dan Minggu ngga bisa buat operasi hewan. Weekdays dibatesin jumlah hewan yang diperiksa yaitu 30 ekor per hari dan kalo weekend dibatesin jumlah hewan yang diperiksa yaitu 20 ekor per hari. Syaratnya pemilik harus bawa fotokopi KTP Jakarta dan bayarnya ngga terima uang fisik. Asal punya aplikasi m-banking di ponsel ngga akan jadi masalah karena nanti bisa bayar via transfer ke Bank DKI dan bukti transfernya dikasih lihat ke petugas yang ada di lobi.
Akhirnya di tanggal 10 Februari 2022, kita bawa kucing ini ke Puskeswan. Prosedur pertama yaitu pemilik dan kucing harus daftar dulu di sebuah bangunan yang letaknya di sebelah kiri bangunan utama. Saat pendaftaran, paling isi biodata singkat pemilik dan kucing. Setelah itu semua pemilik nunggu dulu di ruangan ini sampe petugas yang jaga memperbolehkan buat masuk ke gedung utama yang ada di sebelah kanan ruangan ini.
Ruang pendaftaran
Sambil nunggu, gue iseng fotoin banner info yang ada di ruang tunggu itu. Isi banner tersebut adalah pelayanan apa aja yang disediain oleh Puskeswan Ragunan tersebut. Buat yang penasaran pelayanan apa aja yang ada di Puskeswan ini, bisa dilihat di foto ya.
Daftar pelayanan
Singkatnya jam 8.30 AM, kita semua diperbolehkan buat masuk ke gedung utama. Ngga lupa sebelum masuk, petugas yang jaga mewajibkan kita semua antre buat cuci tangan di depan gedung utama. Di depan gedung utama ini, udah disediain keran dan sabun buat cuci tangan.
Di dalem gedung utama ini, semua pemilik dan kucing nunggu di bangku tunggu yang udah disediain. Protokol kesehatan diberlakuin disini, jadi semua yang dateng ngga duduk sebelah – sebelahan yang rapet banget gitu karena harus ada jarak yah. Di ruang tunggu ini, kita nunggu nama pemilik dipanggil sama mantri kesehatan ataupun dokter muda. Saat nama pemilik dipanggil, itu artinya udah tiba waktunya buat kucing kita diperiksa dokter.
Ruang tunggu sebelum dipanggil sama dokter muda ataupun mantri
Sambil nunggu, gue kembali iseng buat fotoin banner info yang ada disana. Kali ini banner yang gue foto adalah daftar harga – harga pelayanan yang ada di sana. Buat yang penasaran berapa tarifnya bisa dilihat di foto ini ya. Oia, Puskeswan ini bukan cuma terima kucing aja tapi juga jenis hewan lainnya misalnya anjing, sapi, kambing, unggas, dan hewan berukuran kecil lainnya.
Daftar harga pelayanan
Singkatnya (setelah nunggu kurang lebih 30 menit), nama adik gue dipanggil sama dokter. Masuklah kita ke ruang periksa sambil bawa si kucing. Di dalem ruangan udah ada satu (1) dokter senior, dua (2) dokter muda, dan satu (1) mantri. Saat kita kasih info soal gejala – gejala si kucing ke dokter yang senior, si mantri dengan gercep langsung ambil kucing dari dalem keranjang dan pegangin belakang kepalanya biar ngga susah buat diperiksa. Dua (2) dokter muda juga gercep ngikutin instruksi dari dokter senior buat nyuntik, ambil darah si kucing, dan ambil jaringan kulitnya.
Kucing saat diperiksa di dalam ruangan
Di ruang periksa itu kita ngga lama cuma sekitar 10 – 15 menit. Setelah selesai, mantri langsung masukkin lagi kucing ke dalem keranjang kucing yang kita bawa. Kita sengaja bawa kucing ngga pake pet cargo karena ngerasa lebih gampang masukkin kucing ke keranjang kucing dibanding pet cargo karena pertimbangan kucing ini kucing liar yang ngga terbiasa sama pet cargo.
Sebelum keluar, si dokter senior pesen buat kasih hasil periksa dari dia ke petugas di lobi. Ternyata itu instruksi dari dia buat minta pemeriksaan laboratorium (lab). Masih kata si dokter senior, kalo hasil lab-nya udah keluar bisa masuk lagi ke ruang periksa buat dibacain hasilnya sama dia.
Setelah keluar dari ruang periksa, kita kasih kertas dari dokter senior ke petugas yang ada di lobi. Beberapa berkas diterusin ke lab yang posisi ruangannya ada di sebelah kiri lobi. Masih di lobi, kita selesaiin pembayaran dengan cara transfer karena pihak Puskeswan ngga mau terima uang fisik. Petugas di lobi info ke kita kalo hasil lab baru bisa keluar 30 menit kemudian. Dan sistemnya nanti nama pemilik atau kucing dipanggil kalo hasil lab-nya udah keluar.
Lobi tempat pembayaran dan penyerahan kertas permintaan pemeriksaan lab dari dokter senior (kalau seandainya diminta dokter buat pemeriksaan lab)
Singkatnya, setelah 30 menit kok kita ngga dipanggil – panggil, akhirnya gue inisiatif buat tanya langsung ke petugas yang di lobi. Dan ternyata hasil tes darahnya udah keluar, cuma hasil tes jaringan kulitnya belum keluar. Tes jaringan kulit katanya baru keluar setelah 7 hari kerja (sekitar tanggal 17 atau 18 Februari 2022). Kemudian hasil tes darahnya ini, kita serahin lagi ke mantri yang ada di luar pintu ruang periksa (terkadang mantri keluar dari ruang periksa buat manggilin pasien selanjutnya). Setelah ngasih kertas hasil lab itu, kita kembali nunggu buat dipanggil masuk lagi ke ruang periksa.
Sambil nunggu dipanggil masuk lagi ke ruang periksa buat dibacain hasil lab darah si kucing, iseng dong fotoin orang yang lagi dibacain hasil lab kucingnya
Ngga sampe 15 menit, kita dipanggil masuk lagi ke ruang periksa sambil bawa hasil tes darah. Intinya dokter bilang, yang tinggi cuma jumlah sel darah putihnya aja selain itu hasilnya bagus. Dokter bilang dia belum bisa kasih resep obat buat si kucing karena hasil tes yang satunya lagi (jaringan kulit) belum keluar. Jadi biar kesimpulan yang dia ambil komprehensif, kita harus nunggu hasil lab yang satunya lagi (jaringan kulit).
Oia, dokter juga nyaranin kalo udah sembuh biar dikebiri aja kucingnya. Gue setuju sih, soalnya kasihan kalo populasi kucing liar kebanyakan terus ngga ada yang rawat, bisa – bisa malah banyak yang sakit. Lagian gue pernah baca katanya kalo kucing jantan udah dikebiri, kebiasaan kucing pipis sembarangan buat nandain wilayah jadi hilang. Soalnya kebiasaan ini ngeselin sih, pernah waktu si kucing belom sakit dia pernah sesekali masuk – masuk ke dalem rumah, dan apa aja barang di rumah sembarangan dia pipisin..hehe.
Awalnya kita mau balik lagi buat bawa si kucing kontrol itu hari Sabtu (tanggal 19 Februari 2022), tapi karena berhubung hasil tes lab-nya belum ditandatanganin sama pimpinan di Puskeswan itu, jadi kita baru bisa balik hari Selasa (22 Februari 2022).
Sedikit saran dari gue, kalo semisalkan ngalamain case kayak gue, lebih baik kirim direct message dulu ke Instagram Puskeswan biar bisa dibantu cek sama admin Instagramnya Puskeswan apakah hasil lab udah bisa diambil atau belum. Soalnya kalo belum ditandatanganin sama pimpinannya, hasilnya belum bisa diambil. Ngga mau dong, udah jauh – jauh dari rumah dan udah izin kerja tapi hasil lab-nya belum bisa diambil karena satu dan lain hal.
Oia, satu tips lagi dari gue, saat mau bawa kucing ke Puskeswan kalo bisa terakhir dikasih makan pas malem aja (sekitar jam 7 malem). Jadi pas paginya, sebelum berangkat ke dokter jangan di kasih makan dulu. Hal ini buat menghindari kucing pup pas kita lagi bawa ke dokter hewan.
Kesan pertama gue setelah dari Puskeswan Ragunan adalah pelayanannya bagus dan harganya terjangkau. Gue pernah denger, tetangga gue bawa kucing yang kena scabies ke dokter hewan yang ada di pet shop itu kena biaya sekitar 1,2 juta rupiah buat sekali dateng. Mungkin karena Puskeswan ini punya pemerintah yah, dengan penyakit yang sama si kucing yang kita bawa itu kena biaya ngga sampe 200 ribu rupiah (udah termasuk biaya konsul, biaya tes darah, dan biaya tes jaringan kulit) tapi emang belom termasuk biaya obat. Sekian dulu cerita part satu (1) dari gue, dan Insya Allah akan gue lanjutin di part dua (2).
Kesel karena file dari laptop yang dipindahin ke HP via Whatsapp ngga kelihatan di galeri foto? Yuk ini solusinya..
Tulisan Solusi Juara Saat File Transfer dari Laptop ke HP Via Whatsapp Tidak Terlihat di Galeri HP ini, gue buat karena gue baru aja dapet solusi dari suatu masalah. Awalnya gue males harus pakai kabel USB (Universal Serial Bus) saat mau mindahin file foto dari laptop ke HP Infinix Note 7, jadi gue coba pakai aplikasi Whatsapp buat mindahin file itu. Tapi kemudian gue ketemu masalah yaitu file foto yang udah gue pindahin ke HP Infinix Note 7 itu ngga ketemu di galeri HP gue.
Singkatnya, gue otak – atik HP Infinix Note 7 gue. Alhamdulillah, akhirnya gue ketemu solusinya yaitu kuncinya ada di fitur file manager yang ada di HP. Tapi sebelum masuk ke bagian inti yaitu otak – atik fitur file manager, gue mau sharing dulu cara – cara dari awal manfaatin Whatsapp sebagai alat pengganti kabel USB. Buat yang udah tahu, silahkan langsung baca aja tutorial saat otak – atik fitur file manager. Buat yang belum tahu, langsung aja yuk ini caranya:
Mau tahu rahasia praktis cepet tahu ketika komentar kita dibales bloggers favorit? Yuk kesini..
Sebagai orang yang suka blogging sekaligus baca – baca (blog walking) blog orang lain, pastinya gue suka meninggalkan komentar di blog orang lain. Entah hal tersebut dengan alasan murni karena gue berharap dapet jawaban dari si penulis posting-an tersebut atau karena gue berharap orang lain balik dateng ke blog gue. Alasan selengkapnya kenapa gue seneng orang lain berkunjung ke blog gue, bisa dibaca disini Menulis sebagai Candu Abadi.
Khusus untuk alesan bahwa gue meninggalkan komentar karena berharap komentar gue dapet jawaban dari si narablog tersebut, yaitu gue punya pengalaman dimana terkadang gue harus beberapa kali dateng lagi ke artikel tersebut buat mengecek apakah komentar gue udah dibales apa belom. Bahkan setelah beberapa kali balik lagi ke artikel tersebut, hasilnya masih nihil alias komentar gue belom dibales karena bisa aja si empunya blog lagi sibuk jadi belom bisa bales.